Kasus Keracunan Massal Menjadi Atensi Serius, Banjarbaru Perketat Pengawasan MBG

Kasus dugaan keracunan massal sesuai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Banjar, langsung menjadi atensi khusus Pemko Banjarbaru.

Kasus dugaan keracunan massal sesuai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Banjar, langsung menjadi atensi khusus Pemko Banjarbaru. Foto: bakabar.com/Fida

bakabar.com, BANJARBARU –Kasus dugaan keracunan massal sesuai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Banjar, langsung menjadi atensi khusus Pemko Banjarbaru.

Menghindari kejadian serupa, Dinas Pendidikan (Disdik) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarbaru bergerak cepat memperketat pengawasan terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh sekolah penerima manfaat.

Kepala Disdik Banjarbaru, Dedy Sutoyo, menegaskan telah menginstruksikan seluruh sekolah agar lebih cermat saat menerima dan membagikan makanan dari SPPG. Setiap makanan wajib melalui pemeriksaan awal untuk memastikan kelayakan konsumsi.

“Kami sudah lama menerapkan langkah antisipasi ini. Sekolah harus memastikan makanan yang diterima layak konsumsi, minimal dari aroma dan tampilan. Ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkap Dedy, Senin (13/10).

Ditegaskan bahwa tanggung jawab menjaga keamanan pangan tidak hanya berada di tangan pihak sekolah, tetapi juga penyedia makanan.

Dalam pedoman pelaksanaan program MBG, terdapat lebih dari 200 halaman panduan teknis yang wajib dipatuhi setiap dapur pengolah, “Kalau semua pihak menjalankan sesuai prosedur, potensi kesalahan terbilang kecil,” tegas Dedy.

Sementara Kepala Dinkes Banjarbaru, dr Juhai Trianti Agustina, memastikan turut memperkuat pengawasan dengan memperluas pemeriksaan, pendataan dan penelitian terhadap seluruh dapur penyedia makanan.

“Standar keamanan sebenarnya sudah disosialisasikan. Bahkan sekitar 500 penjamah makanan telah mengikuti bimbingan teknis di Asrama Haji beberapa waktu lalu,” ungkap Juhai.

Juga telah dilakukan pemeriksaan sampel makanan di berbagai jasa boga. Hasil uji laboratorium akan menjadi dasar penerbitan sertifikat laik sehat. Sertifikat ini hanya diberikan kepada penyedia yang memenuhi standar higienitas.

“Kami bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan pemeriksaan dan pembinaan rutin. Selanjutnya pemeriksaan juga akan diperluas ke dapur sekolah,” tambah Juhai.

Sebelumnya ratusan siswa di Banjar mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi MBG yang diproduksi oleh SPPG Tungkaran. Akibatnya korban sempat menjalani perawatan di RSUD Ratu Zalecha Martapura.

Hingga sekarang tim gabungan dari instansi terkait dan kepolisian masih melakukan investigasi untuk memastikan penyebab pasti peristiwa tersebut.