Kalsel

Kasus Covid-19 di Kalsel Meledak, Banjarmasin Penyumbang Terbanyak

apahabar.com, BANJARMASIN – Kasus Covid-19 Kalsel meledak di periode awal hingga pertengahan Desember 2020 ini. Tim…

Ilustrasi – Sejumlah warga saat mengikuti tes swab massal di Puskesmas Pekauman, Banjarmasin, Kalsel beberapa waktu lalu. Foto-apahabar.com/Muhammad Syahbani

apahabar.com, BANJARMASIN – Kasus Covid-19 Kalsel meledak di periode awal hingga pertengahan Desember 2020 ini.

Tim pakar Covid-19 dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Hidayatullah Muttaqin merilis dari 5-12 Desember jumlah kasus di Kalsel bertambah sebanyak 459 kasus.

Menurut Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan ULM ini ledakan kasus baru ini disebabkan libur panjang di akhir Oktober lalu.

“Kalo ulasan sampai minggu ini efek dari ledakan November nasional terkait libur panjang akhir bulan Oktober lalu,” ujar kepada apahabar.com, Minggu (13/12).

Muttaqin membeberkan, pada periode tersebut, pertumbuhan kasus baru Covid-19 terbanyak disumbang Kota Banjarmasin dengan jumlah 91 kasus baru.

Kemudian diikuti kota Banjarbaru 76 kasus, Kabupaten Tanah Bumbu 61 kasus, Kabupaten Tanah Laut 58 kasus, dan Kabupaten Banjar 34 kasus.

Adapun tingkat kesembuhan dalam seminggu terakhir tersebut sebanyak 295 orang.

Kesembuhan paling banyak diperoleh Kota Banjarbaru dengan jumlah 58 orang, kemudian Kota Banjarmasin 56 orang, Kabupaten Tanah Bumbu 49 orang, Kabupaten Barito Kuala 19 orang, dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan 18 orang.

Sedangkan jumlah kematian sebanyak 13 kasus, paling tinggi di Kabupaten Tanah Bumbu dengan jumlah 4 kasus dan Kota Banjarbaru 2 kasus.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin, Machli Riyadi mengakui terjadi penambahan kasus baru.

Tercatat dari data Dinkes, ada dua kelurahan yang kembali ditetapkan sebagai zona merah, yakni Pelambuan dan Pemurus baru.

Kendati demikian, Machli tak menyebutkan penambahan kasus baru ini imbas atau efek dari liburan panjang seperti yang diutarakan Muttaqin.

Dijelaskan Machli, bahwa penyebab utamanya dikarenakan mulai kurang disiplinnya masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan.

Lebih jauh, ia juga menyinggung soal penggunaan masker jenis scuba yang dinilainya tak begitu efektif menahan penularan dari droplet.

“Kelonggaran disiplin masyarakat terhadap protokol kesehatan. Salah satunya tak menggunakan masker standar. Jangan memakai masker scuba. Masker scuba itu sama dengan tak bermasker,” kata Machli.