Kalsel

Karhutla Masih Mengancam, BPBD Masih Perlu Diperkuat Heli Water Boombing

apahabar.com, BANJARBARU – Batas waktu (kontrak) peminjaman Heli water boombing untuk pemadaman Karhutla di Kalsel sudah…

Ilustrasi, Heli Water Boombing sedang beraksi. Foto-sindonews

apahabar.com, BANJARBARU – Batas waktu (kontrak) peminjaman Heli water boombing untuk pemadaman Karhutla di Kalsel sudah habis per Selasa (22/10) lalu.

Kini, satuan tugas Karhutla dipastikan tidak lagi diperkuat dengan Satgas udara khususnya Heli Water Boombing setelah jam operasionalnya habis.

“Ya kontrak jam-nya habis semuanya. Kalau patroli ada, namun kan patroli bukan untuk Water Boombing,” ujar Kepala BPBD Kalsel, Wahyuddin kepadaapahabar.com, Kamis (24/10) pagi.

Padahal, sambung Wahyuddin, pihak BPBD sudah ajukan perpanjangan jam operasional Water Boombing ke BNPB namun hingga kini belum ada jawaban.

“Padahal kami sudah mengajukan perpanjangan ke BNPB tapi belum ada jawaban, tadi aku WA lagi juga belum dijawab, jadi alternatif kedua itu kita minta geser heli yang di Kalteng atau Kalbar. Karena banyak lagi yang perlu di-boombing,” jelasnya.

Ia juga mengirimkan data sebaran titik hotspot di Kalsel sebagai bahan pertimbangan BNPB.

“Titik hotspot meningkat, ini kita kirim juga agar menjadi pertimbangan,” kata Wahyuddin.

Menurutnya, jika diperpanjang, maka tim satgas darat Karhutla akan bisa diperkuat lagi dengan satgas udara untuk Heli Water Bombing.

"Di Kalbar sudah aman tidak ada kebakaran lahan lagi. Yang masih ada sisa-sisa sebelum peralihan musim ini, yakni di Kalsel dan Kalteng,” paparnya.

Kami, lanjutnya mengikuti prediksi BMKG yang mengatakan, peralihan musim ada pada dasarian ke tiga Oktober atau akhir Oktober, sehingga awalnya mengira akan aman saja tanpa Heli Water Boombing.

“Prediksi BMKG positif sudah disampaikan-nya pada saat rapat itu, cuma puncaknya aja yang beda, dan kami kemarin pakai patokan BMKG,” tutupnya.

Baca Juga: Jadi Langganan Karhutla, Warga Manarap Bersyukur Turun Hujan

Baca Juga:Saat Kesulitan Air Baku, Karhutla Masih Ada di Tala

Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Muhammad Bulkini