piala dunia

Kampanye Kaum Pelangi Warnai Piala Dunia Qatar 2022

Pagelaran piala dunia di Qatar 2022 telah dinodai ulah kaum LGBT yang memaksakan mengkampanyekan simbol-simbolnya.

Piala dunia Qatar 2022 diwarnai aksi LGBT untuk mengkampanyekan gerakannya

apahabar.com, JAKARTA - Pergelaran Piala dunia Qatar 2022 diwarnai ulah pendukung LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) yang memaksakan untuk mempertontonkan simbol-simbol mereka.

Padahal pemerintah Qatar selaku tuan rumah tidak memperbolehkan LGBT karena dianggap tak sesuai dengan syariat Islam yang dijunjung tinggi negara penghasil minyak tersebut.

Baca Juga: Kalah di Laga Perdana Qatar, Messi Ingin Mengulang Kesuksesan Piala Dunia 1990

Pemerintah Qatar telah jauh-jauh hari  memperingatkan kepada semua tim dan supporter yang akan hadir di event olah raga terbesar tersebut, untuk tidak membawa atau memakai simbol-simbol yang berkaitan dengan gerakan LGBT termasuk warna Pelangi yang selalu diasosiasikan dengan gerakan LGBT.

Kepala eksekutif Qatar 2022, Nasser al Khater, menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mengubah undang-undangnya tentang homoseksualitas dan telah meminta pengunjung untuk menghormati budaya mereka.

Baca Juga: Kalah di Laga Perdana, Messi Ingin Mengulang Kesuksesan Piala Dunia 1990

Meskipun mengetahui adanya larangan untuk memakai simbol-simbol LGBT pada piala dunia Qatar 2022, sebanyak tujuh negara tetap ngotot memakai ban kapten pelangi sebagai bentuk dukungan terhadap LGBT.

Negara-negara tersebut adalah Inggris, Jerman, Belgia, Wales, Denmark, Belanda, dan Swiss Mereka menegaskan bakal tetap mendukung LGBT melalui penggunaan ban kapten selama pertandingan.

Baca Juga: Mau Nonton Piala Dunia 2022 bareng Bestie, Nobar ala apahabar Bisa Jadi Pilihan

FIFA akhirnya turun tangan menengahi terkait kampanye One Love di Piala Dunia 2022. Otoritas tertinggi sepakbola dunia itu memutuskan ban kapten pelangi dilarang selama penyelenggaraan pertandingan di Qatar.

"Pada turnamen FIFA, staf pertandingan harus mengenakan pakaian dan perlengkapan resmi yang disediakan FIFA, termasuk logo event FIFA yang ditentukan dan disediakan FIFA."

FIFA juga mengancam hukuman sanksi bagi tim yang tetap ngotot mengkampanyekan gerakan dukungan LGBT. Sanksi denda hingga kartu kuning sejak kick-off menanti bagi kapten tim yang memakai ban kapten One Love bercorak pelangi.

Pakaian tidak resmi seperti ban lengan One Love dapat dianggap ilegal, dan pemain yang mengenakannya bisa didenda atau diberikan kartu kuning," demikian bunyi pernyataan FIFA.

Pemain Patuh, Jurnalis dan Supporter Membandel

Grant Wahl seorang jurnalis berkebangsaan Amerika yang bekerja di majalah Sports Illustrated Amerika, sempat ditahan pihak penyelenggara saat akan memyaksikan laga Amerika Serikat vs Wales di Stadion Ahmad Bin Ali di Al Rayyan. Panitia meminta Wahl untuk melepas bajunya yang bercorak pelangi.

Demikian juga dengan fans Wales, mereka diminta melepas topi pelangi yang mereka kenakan. Di antara yang disuruh mepelas topi pelangi adalah mantan kapten Wales Laura McAllister. The Rainbow Wall merupakan identitas pendukung LGBTQ+. Topi itu memang dirancang untuk mengukung Timnas Wales juga.

Baca Juga: Qatar Catat Sejarah Kelam di Partai Perdana Piala Dunia 2022

Larangan terhadap simbol LGBT jadi salah satu sorotan dunia. Qatar dianggap belum pantas menggelar turnamen global yang dihadiri penonton dari belahan dunia.

Namun yang mesti diingat seharusnya dunia bisa menghargai kebudayaan tuan rumah. Pemerintah Qatar sangat keras terhadap pelaku LGBT. Hukumannya berupa denda penjara hingga tujuh tahun, dan bahkan hukuman mati dengan cara dirajam.