Tak Berkategori

Kalsel Darurat Ekologis, Lingkungan Jadi Isu Pinggiran dalam Tahun Politik

apahabar.com, BANJAR – Penggiat lingkungan hidup Kalimantan Selatan menilai para kandidat capres-cawapres absen membahas nasib lingkungan…

Kampung Batutangga yang berada di lemban Pegunungan Karst Meratus, yang terancam hilang dan tergusur jika aktivitas pertambangan dilakukan PT Mantimin Coal Mining. Foto :Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia

apahabar.com, BANJAR – Penggiat lingkungan hidup Kalimantan Selatan menilai para kandidat capres-cawapres absen membahas nasib lingkungan hidup di tahun politik 2019 ini, dibandingkan isu ekonomi, khususnya di Kalimantan Selatan.

Belajar dari Pilkada 2018 yang lalu, menurut Direktur Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono, isu lingkungan hidup masih menjadi isu pinggiran, serta jauh dari perdebatan di ruang publik apalagi menjadi referensi dalam menentukan pilihan politik.

“Oleh sebab itu kami menggugat kepada para capres-cawapres dan legislatif agar isu lingkungan yang ada di Kalimantan, khususnya gerakan penyelamatan Meratus menjadi isu utama yang harus diangkat. Agar ke depannya siapapun yang terpilih, Meratus bersih dari izin-izin tambang, sawit, HPH, dan HTI,” pungkasnya.

Menurutnya, Kalsel saat ini sedang masuk dalam situasi darurat ruang dan bencana ekologis, mengingat dari total 37 juta hektar sudah 50 persen dibebani oleh izin pertambangan dan kelapa sawit.

Baca Juga:Masyarakat Adat "Benteng Terakhir" Pegunungan Meratus

Dalam dialog dan konferensi pers terkait nasib lingkungan hidup di tahun politik 2019: Menggugat Hilangnya Konten Ekologi dalam Kampanye Capres di media sosial di Ruang Ercilla lantai 4 hotel Roditha Banjarbaru, Kamis (7/2) pagi dihadiri berbagai LSM dan organisasi mahasiswa.

Selain Kisworo, ada dua narasumber lain. Mereka adalah Firdaus Cahyadi dari LSM Satu Dunia, dan Berry Nahdian Forqan Kader Politik Lingkungan Hidup.

Firdaus menuturkan bahwa capres dan cawapres nomor urut 01 dan 02 sama-sama minim membahas isu lingkungan selama kampanye terutama pada debat kedua. Hasil pantauan, capres-cawapres 01, hanya 15 kali dan 02, baru 11 kali membicarakan isu lingkungan hidup di dalam kampanye mereka.

Jumlah itu jauh dibanding isu ekonomi yang sebanyak 234 kali membahas isu ekonomi oleh pasangan 01, sedangkan 02 sebanyak 340 kali.

Sepanjang pemantauan konten, kampanye capres dan cawapres di media sosial sejak September 2018 lalu juga absen di media sosial oleh para kandidat. “Ternyata tidak menjadi kepedulian para capres-cawapres untuk dijadikan isu kampanye,” jelasnya.

“Kami menemukan fakta yang sangat miris karena persoalan lingkungan kalah dengan isu ekonomi secara kuantitatif, jikalau kami lihat lagi secara kualitatif isu ekonomi yang di kampanye tidak berperspektif lingkungan hidup,” kata Firdaus Cahyadi.

Dia menilai, konten lingkungan hidup yang sudah dikampanyekan oleh para capres itu seakan tercabut dari akar permasalahan lingkungan hidup seperti di Kalimantan Selatan dengan permasalahan kabut asap dan lubang tambang dan Meratus.

“Ini yang jarang diambil sebagai bahan kampanye mereka,” jelasnya.

“Kenapa isu Meratus, kabut asap dan lubang tambang menjadi penting menjadi isu nasional oleh capres-cawapres karena ada persoalan pemerintahan pusat terkait izin,” ucapnya.

Lain halnya dengan Berry Nahdian Forqan. Melihat situasi yang berkembang, ia melihat agenda lingkungan untuk menjadi agenda capres maupun caleg penting dijadikan prioritas.

“Penting dalam memberikan pendidikan politik kepada publik, agar publik bisa memilih capres-cawapres dan caleg yang peduli terhadap persoalan lingkungan,” ucapnya.

“Dengan dialog kami hari ini menyampaikan agar para kandidat capres-cawapres maupun para legislatif menjadikan isu lingkungan menjadi isu yang sangat penting untuk mereka perjuangkan baik saat kampanye sampai terpilih dan duduk di bangku kemenangan,” ucapnya.

Baca Juga:Pemerintah Hadir, Masyarakat Adat Meratus Kuat

Reporter: Reza Rifani
Editor: Fariz Fadhillah