Nasional

Kalimantan Jadi Ibu Kota, Dayak Meratus Jangan Tergerus

apahabar.com, BANJARMASIN – Masyarakat Adat Dayak Meratus tengah was-was sekaligus cemas. Mereka khawatir eksistensi mereka tergerus…

Perkampungan di kaki gunung Meratus di kawasan Hulu Sungai Tengah. Ilustrasi Dok. Mapala Meratus

apahabar.com, BANJARMASIN – Masyarakat Adat Dayak Meratus tengah was-was sekaligus cemas.

Mereka khawatir eksistensi mereka tergerus sebagai efek pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan.

Hasil kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), estimasi keseluruhan jumlah penduduk yang akan pindah sebanyak 1,5 juta. Rasa khawatir pun mencuat.

Dalam Dialog Nasional Pemindahan Ibu Kota di Novotel Banjarbaru, Senin (15/7) siang, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (Aman) Hulu Sungai Tengah (HST) ikut buka suara.

“Kita ingin pemerintah mengakui hak-hak masyarakat adat khusus di pegunungan Meratus. Dayak Meratus telah tersebar di pegunungan,” ucap Ketua Aman HST, Rubi.

Komunitas Dayak Meratus selama ini diketahui telah menghuni pegunungan tersebut jauh sebelum republik ini berdiri.

Mereka tersebar mulai Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Balangan, sampai dengan Tanjung-Tabalong.

Selain ingin diberi pengakuan hak, mereka ingin hutan adat khususnya di wilayah Pegunungan Meratus dilindungi.

Setidaknya ada 219 ribu hektar wilayah adat Dayak Meratus membentang di pegunungan itu. Di dalamnya ada sedikitnya ada 171 komunitas.

Rubi pun tak ingin dengan adanya rencana pemindahan ibu kota malah mengesampingkan hak-hak masyarakat adat Dayak Meratus.

Kendati demikian, pihaknya tetap legawa jika pemerintah pusat benar benar ingin Kalimantan, khususnya Kalsel jadi pengganti Jakarta.

Mewakili masyarakat Dayak Meratus Kalsel, Rubi berharap agar pemindahan pusat pemerintahan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Baik di tingkat pusat maupun daerah melalui RUU atau Perda Masyarakat Adat,” ujarnya.

Negara, sambung dia, dapat lebih berkembang dan maju. Dengan memberdayakan kearifan lokal. Serta kekayaan yang ada di negara sendiri. Baik alam, keragaman suku dan budaya.

“Semoga kesetaraan sosial baik dari segi pendidikan dan kesehatan dapat terpenuhi hingga tingkat pedesaan, pinggiran, pegunungan dan pelosok,” harapnya.

Menurutnya, negara dianggap berhasil berkembang dan maju karena masyarakatnya sejahtera dan dapat memanfaatkan kekayaan tanahnya sendiri.

“Bisa mempertahankan adat dan budaya sebagai identitas bangsa,” tandasnya.

Syafruddin H Maming, anggota DPR RI terpilih periode 2019-2014 menilai budaya dan adat istiadat Dayak Meratus takkan tergerus lantaran pindahnya ibu kota RI ke Kalsel.

Syafruddin H Maming alias Cuncung. Foto-pikstagram.com

Berkaca pada masyarakat adat suku Badui, yang tetap eksis meskipun dekat dengan ibu kota negara, Jakarta. Begitu pula dengan suku Betawi yang dinilai tetap eksis di tengah perkembangan ibu kota negara.

Kondisi tersebut, tambah dia, malah baik untuk perkembangan ekonomi dan pembangunan daerah. Khususnya, memantik para investor untuk datang berinvestasi.

“Ini semata-mata untuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Kalsel,” tandasnya. “Jadi masyarakat adat di Kalsel jangan cemas dan khawatir,” jelas Cuncung, sapaan karibnya.

Baca Juga: Bekas Menteri SBY Wanti-Wanti Rencana Jadikan Kalsel Ibu Kota RI

Baca Juga: Jika Kalsel Jadi Ibu Kota, Paman Birin Janji Keruk Sungai Martapura

Baca Juga: Di Kalsel, Bappenas Beberkan Alasan Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan

Baca Juga: Mengintip Keragaman Etnik Dayak Meratus di Balangan

Reporter: Muhammad RobbyEditor: Fariz Fadhillah