Kades Awang Bangkal Timur Didemo, Warga Minta Kejelasan Ganti Rugi Tambang Batu Gunung

Setelah Pambakal Mandiangin Timur, kini Pambakal Awang Bangkal Timur bernama Saifullah yang didemo warga. Kasusnya pun mirip.

Warga berdemo di depan kantor Desa Awang Bangkal Timur, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Senin (4/12). Foto-apahabar.com/Hendra Lianor

apahabar.com, MARTAPURA - Setelah di Mandiangin Timur, giliran Kades Awang Bangkal Timur, Kecamatan Karang Intan, Banjar, didemo warga lantaran kasus serupa.

Demo dilakukan ratusan warga desa setempat di Kantor Dewa Awang Bangkal Timur, Senin (4/12) siang.

Mereka meminta kejelasan kepada Kades Awang Bangkal Timur, Saifullah, terkait sisa keuntungan penjualan 14 hektare lahan yang berada di Bukit Pelawangan.

Berdasarkan keterangan warga, lahan aset desa itu dijual oleh pemerintah desa setempat ke perusahaan seharga Rp500 juta. Selanjutnya selama 3 tahun terakhir, perusahaan terkait mengeksplorasi batu gunung di lahan ini.

"Sebesar Rp190 juta dari hasil penjualan disumbangkan ke Masjid Jami Hidayatillah di Awang Bangkal," papar M Attoillah, Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Awang Bangkal Timur.

"Namun sisanya tidak diketahui, sehingga warga ingin meminta penjelasan pambakal (kades)," imbuhnya.

Selain sisa yang tidak jelas, warga juga menuntut fee dari pemanfaatan lahan tersebut. Faktanya sampai sekarang, mereka belum menerima apapun.

"Sudah 3 tahun berlalu, kami tidak menerima apa-apa. Padahal kami mengetahui bahwa perusahaan penambang sudah menyerahkan uang itu kepada setiap kepala keluarga," imbuh Asih, salah seorang warga yang ikut berdemo.

Adapun situasi demo sempat memanas, karena terjadi saling dorong. Warga menilai penjelasan Saifullah tidak memuaskan warga.

Saifullah malah bercerita soal sejarah penambangan batu gunung tersebut. Dijelaskan bahwa jauh sebelumnya, sudah banyak lahan yang ditambang.

"Ceritanya awal 2019, pemilik perusahaan datang ke rumah menyampaikan niat menambang dan siap mengganti rugi. Setelah izin dikeluarkan, lahan kemudian diganti rugi," jelas Saifullah.

Setelah terjadi saling dorong, Saifullah langsung dilarikan ke kantor desa oleh kepolisian dan TNI.

Untungnya situasi panas tidak berlarut-larut. Kemudian antara warga dan pemerintah desa sepakat menggelar mediasi.