Kekerasan Aparat

Jokowi: Penyebab Konflik Pulau Rempang Akibat Komunikasi Buruk

Presiden Jokowi menyebut penyebab seteru konflik pengosongan lahan di Pulau Rempang, Batam dilatarbelakangi komunikasi yang buruk. 

Anggota Brimob Polda Kepri yang tergabung dalam Tim Terpadu membersihkan pemblokiran jalan yang dilakukan warga Pulau Rempang di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (8/9/2023). ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/rwa.

apahabar.com, JAKARTA - Presiden Jokowi menyebut penyebab seteru konflik pengosongan lahan di Pulau Rempang, Batam dilatarbelakangi komunikasi yang buruk.

Konflik yang membenturkan aparat dengan warga Pulau Rempang semestinya tak terjadi jika komunikasi dan pendekatan secara humanis dilekatkan dalam penuntasan konflik Pulau Rempang.

"Karena di sana sebenarnya sudah ada kesempatan bahwa warga akan diberi lahan 500 meter plus bangunan tipe 45, tetapi ini tidak dikomunikasikan dengan baik. Akhirnya menjadi masalah," kata Jokowi di Pasar Kranggot, Cilegon, Banten, Selasa (12/9). 

Baca Juga: Mahfud MD Minta Aparat Cermat Usut Seteru Konflik Pulau Rempang

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menilai untuk menindaklanjuti penanganan konflik tersebut, dia menugaskan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia untuk memberikan penjelasan langsung kepada warga Rempang terkait pelaksanaan proyek investasi tersebut.

Merujuk dari laman BP Batam, Rempang Eco City merupakan salah satu proyek yang terdaftar dalam Program Strategis Nasional 2023 yang pembangunannya diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 7 Tahun 2023 yang disahkan pada 28 Agustus.

Baca Juga: Bentrok Kembali Pecah, Aparat Pukul Mundur Warga Pulau Rempang

Proyek Rempang Eco City merupakan kawasan industri, perdagangan, hingga wisata terintegrasi yang ditujukan untuk mendorong daya saing dengan Singapura dan Malaysia.

Proyek tersebut akan digarap oleh PT Makmur Elok Graha (MEG) dengan target investasi mencapai Rp381 triliun pada 2080. PT MEG merupakan rekan BP Batam dan Pemkot Batam.

Nantinya, perusahaan itu akan membantu pemerintah menarik investor asing dan lokal dalam pengembangan ekonomi di Pulau Rempang.

Untuk menggarap Rempang Eco City, PT MEG diberi lahan sekitar 17.000 hektare yang mencakup seluruh Pulau Rempang dan Pulau Subang Mas. Pemerintah juga menargetkan, pengembangan Rempang Eco City ini akan menyerap sekitar 306.000 tenaga kerja hingga 2080.

Baca Juga: DPR Desak Pemerintah Tak Abaikan Hak Warga Pulau Rempang

Namun, pembangunan proyek tersebut diprotes oleh warga Rempang dengan menghadang aparat gabungan yang akan mematok dan mengukur lahan pada Kamis (7/9).

Konflik yang diwarnai kekerasan hingga mengakibatkan korban luka-luka bahkan trauma pada anak-anak setempat dipicu oleh penolakan warga terhadap proyek yang mengharuskan sekitar 7.500 warga setempat direlokasi.

Selain itu, proyek tersebut juga mengancam eksistensi 16 kampung adat Melayu yang ada di Pulau Rempang sejak 1834.