Hot Borneo

JKN-KIS dan Kisah Perjuangan Kasran di Hari Hemofilia Sedunia

apahabar.com, BARABAI – Hari Hemofilia Sedunia diperingati setiap 17 April. Peringatan itu dimaksudkan guna meningkatkan kesadaran…

Kasran dan istri saat menemani sang cucu Rifky./Foto: Feri for apahabar.com

apahabar.com, BARABAI - Hari Hemofilia Sedunia diperingati setiap 17 April. Peringatan itu dimaksudkan guna meningkatkan kesadaran akan penyakit hemofilia dengan tujuan agar diagnosis dini dapat dilakukan.

Mengutip dari laman halodoc.com, hemofilia disebutkan sebagai kelainan darah yang unik. Ketika darah tidak menggumpal secara normal karena kekurangan protein pembekuan darah yang cukup (faktor pembekuan).

Seseorang yang mengidap hemophilia akan mengalami pendarahan lebih lama. Terutama ketika mengalami cedera dibandingkan dengan orang yang tidak mengidap hemofilia.

Kasran, pria 54 tahun, sejak 2013 sudah menemani sang cucu, Rifky, yang berobat rutin karena mengidap hemofilia.

Di kehidupan Kasran, Rifky seperti anak kandungnya sendiri. Sebab sejak kecil, Rifky sudah ditinggal orang tuanya.

"Sejak masih dalam kandungan sudah ditinggal oleh bapaknya, sementara ibunya sekarang bekerja, jadi kami ini mengurus dia sejak kecil," kata Kasran belum lama tadi.

Kasran sering larut dalam rasa sedihnya ketika mengingat sejak awal Rifky menjalani pengobatan. Terlebih ketika melihat Rifky diinfus.

Kasran berkata bila dibayangkan bekas infus itu sudah penuh di tangan cucunya. Sebab dalam satu minggu Rifky bisa dirawat dan diperiksa selama dua kali.

"Baru umur tiga tahun, divonis menderita hemofilia. Saya sendiri tidak tahu apa itu hemofilia, ternyata penyakitnya bisa jadi seumur hidup ada di cucu saya ini," terang Kasran.

Kendati demikian, Kasran tertolong dengan biaya p[engobatan dan perawatan sang cucu. Sebab biayanya ditanggung oleh program dari BPJS Kesehatan, Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Kasran menyebut kehadiran JKN-KIS menjadi anugerah bagi pembiayaan pengobatan cucunya. Terlebih ketika dulunya dia terdaftar pada segemen Mandiri, namun sekarang sudah beralih ke segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari pemerintah.

Ya, setiap kali Rifky kontrol dan melakukan transfusi hingga pengobatan akan memakan biaya nyaris Rp5 juta.

"Kalau tidak ada JKN-KIS kami tidak tahu seperti apa hasilnya," kata Kasran.

"Kami sangat bersyukur dengan adanya KIS ini. Semua biaya pengobatan cucu saya dijamin, pelayanannya di RS juga sangat baik, prosedurnya juga sangat memudahkan dan bermanfaat bagi kami," tambah Kasran.

Selain merasakan manfaat program JKN-KIS bagi sang cucu, Kasran juga pernah merasakan manfaat program ini ketika dirinya menjalani operasi hernia dua tahun silam.

"Semoga program JKN-KIS akan terus berlangsung karena manfaat yang telah dirasakannya sangat besar," harap Kasran.