Kalsel

JKN Bebaskan Masyarakat dari Kemiskinan, Begini Alasannya

apahabar.com, BARABAI – Masyarakat di Indonesia harus sehat di 2050. Demikian harapan Kepala Madrasah Aliyah Negeri…

Kepala MAN 1 HST,  Tri Joko Waluyo. Foto-Humas BPJS Kesehatan Barabai

apahabar.com, BARABAI – Masyarakat di Indonesia harus sehat di 2050. Demikian harapan Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 Hulu Sungai Tengah (MAN 1 HST), Tri Joko Waluyo.

Harapan lelaki yang puluhan tahun mengabdikan diri menjadi ASN itu bukan tanpa sebab. Salah satu program strategis nasional menjadi harapan baru dia dan keluarganya serta masyarakat Indonesia.

Program itu yakni, Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari BPJS Kesehatan.

ASN yang berprofesi sebagai guru sejak 90an itu, Waluyo dan keluarganya otomatis telah menjadi peserta program itu.

Sebuah pengalaman tentang program itu mengantarkannya pada kemantapan harapannya tadi. Karena menurutnya dengan JKN-KIS, masyarakat bisa terbebas dari kemiskinan akibat masalah kesehatan.

Secara pribadi, Waluyo tidak pernab memanfaatkan KIS yang berarti. Namun manfaat yang dirasakan dia justru terasa dari istrinya.

“2016 silam, istri saya melakukan operasi pengangkatan batu empedu di RS Ulin Banjarmasin,” kata Waluyo, ditemui tim BPJS Kesehatan Cabang Barabai, Jumat (20/3).

Saat itu, cerita Waluyo, selama masa perawatan, istrinya diberikan fasilitas yang luar biasa dari program strategis nasional tersebut.

“Jika dihitung-hitung Program JKN-KIS telah menanggung 100% dari pelayanan kesehatan tersebut hingga sembuh. Bahkan kalau saya hitung dengan cost, sampai pensiun iuran saya tidak akan bisa melunasi biaya perawatan yang ada hingga tuntas,”beber Waluyo

Waluyo menghitung, jika potongan gajinya yang sekarang dibayarkan untuk iuran JKN-KIS per bulannya.

"Kalau dibandingkan kurs waktu 5 tahun yang lalu, belum ada penyesuaian gaji di mana potongannya sekitar 70rb-an, sekarang sudah 160rb-an. Jika dihitung, 25 tahun baru bisa melunasinya dan itu baru sekali operasi, belum tindakan-tindakan yang lain," papar Waluyo terhadap fasilitas BPJS Kesehatan saat operasi tersebut.

Kemudian, masih dalam rangka perawatan terhadap istrinya. Terdapat pula masalah kelainan jantung yang dialami pada tahun kemarin.

Waluyo menuturkan, sebulan sekali juga melakukan kontrol tanpa biaya. Berkaca dari dua hal tersebut, dia berharap BPJS Kesehatan lebih intensif dalam melakukan sosialisasi.

Bukan tanpa alasan. Joko melihat ada sebagian peserta yang tidak paham penggunaanya. Terutama jika peserta tersebut menggunakan fasilitas naik kelas.

Pastinya mereka akan terkejut dengan kalkulasi akhir.

"Saya berpendapat jika peserta mengambil perawatan sesuai kelasnya, insyaallah akan dibiayai 100% sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh BPJS Kesehatan," aku Joko.

Joko berharap, hal tersebut menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih belum mendaftarkan diri sebagai Peserta JKN-KIS.

Jika suatu saat membutuhkan, kata Waluyo, akan terasa manfaatnya.

Di akhir percakapan, dia berpesan kepada semua orang, jangan sampai merasa rugi jika tidak mendapatkan manfaat dari program JKN KIS.

"Terus terang saya pribadi lebih senang bayar iuran daripada mengambil jatah saya. Ibarat programnya saling membantu. Kita yakin dengan adanya pola gotong-royong Indonesia akan Sehat di 2050," tutup Waluyo.

Reporter: HN Lazuardi

Editor: Syarif