Tak Berkategori

Jerit Porter Bandara Syamsudin Noor, Mengais Cuan di Tengah PPKM Level IV

apahabar.com, BANJARBARU – Sebelum Korona tiba di Bumi Lambung Mangkurat, perekonomian Kalsel hilir-mudik tak terguncang. Apalagi…

Bagi porter di Bandara Syamsudin Noor, mengangkat satu barang penumpang saja sudah syukur. Foto ilustrasi: Detik.com

apahabar.com, BANJARBARU – Sebelum Korona tiba di Bumi Lambung Mangkurat, perekonomian Kalsel hilir-mudik tak terguncang. Apalagi industri penerbangan.

Banyaknya kawula muda yang memiliki hobi menjelajah atau travelling membuat industri ini kebanjiran cuan. Otomatis, orang yang bekerja di dalamnya ikut menikmati.

Contohnya saja porter bandara yang bekerja mengangkat barang penumpang. Mereka ikut menikmati penghasilan dari banyaknya pengguna jasa bandara.

Itu, diceritakan salah satu petugas Bandara Syamsudin Noor, Ibramsyah (46). Seperti diketahui, terminal baru seluas 77.569 meter persegi dan mampu menampung hingga 7 juta penumpang itu tentunya menjadi kabar baik bagi para porter.

Semakin banyak penumpang, kian banyak pekerjaan yang mereka dapat. Namun, setelah Korona mewabah setahun belakangan, penghasilan porter tergerus signifikan.

Sebelum pandemi, Ibramsyah mampu menghasilkan minimal Rp150 ribu sehari. Namun kini dapat 10 persennya sudah syukur.

“Sekarang sepi, penumpang turun drastis. Penurunan penghasilan bisa sampai 90 persen,” ujarnya kepada apahabar.com, Kamis (26/8).

Sekarang, katanya mendapat angkutan barang penumpang satu kali saja ia sudah bisa bernapas lega.

“Ada satu (angkutan barang) juga, alhamdulillah,” katanya.

Dalam sepekan, bisa 3 atau 4 kali ia masuk kerja sebab berselang hari mereka libur.

“Kami kerjanya libur sehari, masuk sehari. Jadi enggak setiap hari lagi. Penghasilan enggak menentu, kadang masuk juga enggak ngangkat barang sama sekali. Kami turun dari pagi sampai sore enggak ngangkat, pernah,” curhatnya.

Meski begitu, ia tetap menekuni pekerjaan ini ketimbang tidak bekerja sama sekali.

“Jadi pendapatan kami ini antara ada dan tiada dari pada nganggur di rumah,” ungkapnya.

Saat ditanya berapa patokan tarif per angkutan barang penumpang? ia hanya menjawab seikhlasnya saja.

“Kami enggak masang tarif ke penumpang, seikhlasnya saja karena jarang ada penumpang, sepi,” jawabnya.

Saat ini kondisi keuangan Ibrahmsyah mulai membaik ketimbang beberapa waktu lalu. Karena ia dan teman-teman porter lainnya sempat tak bekerja hingga 5 bulan.

“Kami sempat dirumahkan 5 bulan, enggak kerja kami,” terangnya.

Sebelum PPKM jenjang level diterapkan di Kalsel, pertumbuhan penumpang di Bandara juga membaik. Namun sejak PPKM dan terus diperpanjang hingga hari ini, bandara lesu begitupun dengan isi kantung Ibrahmsyah.

“Tambah sekarang PPKM, harus PCR, vaksin, enggak boleh bawa anak di bawah 12 tahun, jadi itu penumpang turun lagi. Kalau sebelumnya enggak ada PPKM, enggak pakai PCR itu penumpang ribuan kurang lebih 3000, kalau sekarang 300 atau totalnya yang datang dan berangkat 500-an, jadi turun banget,” ceritanya.

Sekarang, Ibramsyah juga teman-teman porter lainnya hanya bisa pasrah. Mereka berharap Covid-19 segera mereda dan aktivitas masyarakat bisa kembali normal.

Tarif PCR Dekati Harga Tiket, Bandara Syamsudin Noor Lengang