Jember Alami Keterbatasan Stok Vaksin LSD

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jember, mencatat sudah ada laporan sapi yang terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi.

Ilustrasi sapi. Sapi lokal yang dipelihara di Politeknik Negeri Jember, Senin (19/6). (apahabar.com/ M Ulil Albab)

apahabar.com, JEMBER - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jember, mencatat sudah ada laporan sapi yang terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi. Selain itu, masih ada sejumlah hewan ternak seperti sapi dan kambing yang terserang virus PMK, kendati tidak sampai sebanyak tahun lalu.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jember, Elok Kristanti mengimbau kepada masyarakat untuk selalu selektif ketika membeli hewan kurban.

Kendati demikian, masyarakat tidak perlu khawatir sebab virus PMK dan LSD tidak bisa menular ke manusia.

Elok menyebut, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jember belum menerima lagi adanya laporan sebaran penyakit LSD di Jember, setelah ditemukan 2 ekor sapi yang terjangkit di Kecamatan Wuluhan pada sepekan lalu.

Baca Juga: Disperpa Kota Magelang Mitigasi Risiko Penyakit LSD-PPR pada Hewan Kurban

Setelah mendapatkan temua sapi terjangkit LSD, pihaknya langsung melakukan penyemprotan disinfektan di kandang sapi yang terjangkit, untuk mencegah serangga yang menjadi vektor penyebaran virus LSD.

"LSD, tambahan tidak ada. Langsung melakukan penanganan satu kandang saja. Sampai sekarang belum ada laporan," kata Elok dihubungi apahabar.com, Selasa (27/6).

Elok menyebut, Hewan kurban yang menunjukkan tanda tanda terkena LSD antara lain panas tinggi, tidak mau makan dan ada benjol benjol pada kulit.

Sementara untuk PMK, ada lelehan cairan dari hidung, hewan bersuhu panas, nafas tersengal dan ada luka di bagian hidung dan mulut.

Baca Juga: Cegah Meluasnya Penyakit LSD, Pengawasan Sapi Kurban di Tangsel Diperketat

Bila menemukan indikasi tersebut, peternak atau masyarakat bisa melapor agar bisa mendapatkan layanan vaksin dari Puskesmas Hewan terdekat.

"Kalau Vaksin LSD masih terbatas. Kalau PMK sekitar 75 persen lebih sudah tervaksin," jelasnya.

Kabupaten Jember sendiri, katanya memiliki polulasi sapi sebanyak 270 ribu ekor. Dari jumlah tersebut, diperkirakan hanya terserap 25 persen untuk kebutuhan Iduladha. Populasi tersebut tersebar di Silo, Panti, Wuluhan dan Gumukmas.

Enggan Mendapat Layanan Vaksin

Lebih lanjut, Elok menyebut tim di lapangan mendapatkan sejumlah kendala ketika berupaya memberikan layanan vaksin, khususnya LSD. Padahal, jumlah vaksin LSD di Jember hanya sekitar 600 untuk 8 Puskeswan di Jember.

Untuk pencegahan pihaknya telah menyemprotkan disinfektan yang mengandung insektisida.

"Yang ada insektisida-nya, karena vektornya serangga. Tapi jumlahnya terbatas, dan sudah dibagikan ke Puskeswan," katanya.

"Termasuk yang vaksin LSD bisa langsung ke Puskeswan, kita dapat, meski sedikit. Banyak yang masyarakat hewannya belum mau divaksin. Ada penolakan," tambahnya.

Baca Juga: 21 Ekor Sapi di Depok Kena Lato-Lato, DKP3 Masih Observasi 

Sebagai langkah antisipasi keluar masuknya hewan di musim kurban antar kabupaten dan provinsi, pihaknya telah menerapkan sejumlah persyaratan, salah satunya harus melampirkan status vaksin LSD dan PMK.

"Hewan kurban sudah harus sudah divaksin PMK dan LSD. Kalau lalu lintas antar kabupaten dan provinsi," katanya.

Jember sendiri tergolong daerah dengan penghasil sapi pedaging. Per tahun ini, terdapat sejumlah daerah yang meminta pasokan sapi dari Jember, seperti Jawa Barat, Jakarta, dan Kalimantan.

"Jember jarang menerima, tapi sering jadi pemasok," ujarnya.