Tak Berkategori

Jembatan Darurat di Waki HST Putus Lagi, Babinsa Disiagakan

apahabar.com, BARABAI – Akses jembatan darurat kembali terputus di Desa Baru-Waki Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai…

Jembatan darurat penghubung Waki dan Batu Tunggal hanyut diseret air deras sungai, Sabtu (12/6/2021) sore. Foto: Maskuri for apahabar.com.

apahabar.com, BARABAI – Akses jembatan darurat kembali terputus di Desa Baru-Waki Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah (HST), Sabtu (12/6/2021) sore.

Terputusnya jembatan darurat itu disebabkan debit air yang mengalami kenaikan.

Kenaikan debit air ini disinyalir akibat curah hujan sedang hingga lebat yang mungguyur pegunungan Meratus sejak siang tadi.

Akibatnya, jembatan penghubung Waki dengan Desa Batu Tunggal di Kecamatan Hantakan ini terseret arus deras sungai, sekitar pukul 17.00 WITA tadi.

“Saat ini cuaca masih gerimis,” kata Kepala Pelaksana BPBD HST, Budi Haryanto, Sabtu malam.

Dari pantaun BPBD HST, daerah aliran sungai (DAS) Hantakan, tepatnya di Sungai Manggasang, ketinggian air mencapai 100 centimeter, pukul 18.00 WITA.

“Sementara di Sungai Barabai, ketinggian air mencapai 95 centimeter dari garis hijau,” terang Budi.

Sementara itu, Dandim 1002/HST, Letkol Inf Muh Ishak H Baharuddin meminta Danramil di wilayah itu segera berkoordinasi dengan pihak terkait. Hal itu dilakukan guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diiginkan.

Para Babinsa pun diterjunkan untuk mengimbau warga. Terutama warga yang berada di DAS Hantakan hingga Barabai.

“Mereka memberikan imbauan kepada kepada warga agar tetap tenang dan jangan panik,” pungkas Dandim.

Untuk diketahui, jembatan darurat yang dibangun pasca banjir bandang Januari 2021 ini beberapa kali hanyut dibawa arus sungai. Terakhir awal April tadi.

Padahal jembatan ini sudah diperkokoh sedemikian rupa. Berpondasi material batu yang dimuat ke dalam kotak kawat atau biasa disebut bronjong.

Beronjong itu lantas disusun dari tebing Waki sampai tebing seberangnya, Desa Batu Tunggal. Di atas beronjong ditaruh susunan kayu dan pegangan.

Namun karena ketinggian air mencapai penyebrangan, kayu yang disusun pun tak mampu menahan derasnya air. Sehingga hanyut terbawa aliran sungai.

Jembatan darurat itu memiliki panjang 60 meter dengan lebar 18 meter. Penyeberangan ini akses vital bagi masyarakat kedua desa dalam melakukan aktivitas sehari-hari.