Jemaah Umrah Terlantar

Jemaah Terlantar Kalsel-Tim di Jakarta Mulai Putus Asa

Kondisi terkini jemaah terlantar asal Kalsel-Tim di Asrama Pondok Gede Mulai Putus Asa

Kondisi kesehatan sejumlah jemaah umrah yang terlantar di asrama Pondok Gede mulai menurun. apahabar.com/Dian Finka

apahabar.com, JAKARTA - Ratusan jemaah umrah Kalsel dan Kaltim (Kalsel-Tim) yang terlantar di asrama haji Pondok Gede, Jakarta Timur mulai sakit-sakitan.

Kondisi kesehatan jemaah berangsur menurun, terlebih mayoritas sudah berusia uzur. Sampai hari ke delapan Jumat (7/10), sebanyak 176 jemaah tak kunjung mendapat kejelasan.

Para jemaah masih belum bisa menghubungi PT Naila Syafaah Wisata Mandiri selaku agen perjalanan mereka. Bertahan atau kembali ke kampung halaman, mereka tetap perlu ongkos tambahan.

Baca: Dalih Travel ke Kemenag Soal Penyebab Ratusan Jemaah Umrah Kalsel Gagal Berangkat

Habib Fathurahman Bahasyim selaku perwakilan jemaah melihat beberapa dari jemaah sudah putus asa. Kendati dalam keputusasaan, mereka masih berharap segera diberangkatkan.

"Itulah alasan para jemaah masih bertahan di sini," tutur Habib Fathur, Jumat (7/10) petang.

Bagaimana dengan makanan? Sampai kini, para jemaah masih beli sendiri-sendiri. "Tapi tidak semua jemaah di sini mampu, apalagi masih harus keluar sekitar 500 meter," ujarnya. 

Para jemaah asal Kalsel-Tim yang terlantar di Asrama Pondok Gede masih kesulitan makanan.

Beruntung, terkadang ada beberapa bantuan dari anggota dewan Kalsel untuk para jemaah. "Kadang saya juga turut membantu jemaah lainnya untuk makan," akunya.

Habib Fathur sudah berkomunikasi dengan Kanwil Kemenag Kalsel. Sebab, dirinya merasa sudah sampai batas maksimal membantu.

"Jadi saya izin pulang ke Banjarmasin besok," ujarnya. 

Kondisi kesehatan para jemaah sedang tak baik-baik saja. Sekalipun sudah berusia uzur, mereka yang lebih banyak beraktivitas di masjid selama di asrama Pondok Gede berkukuh untuk bertahan. 

Baca: Ditipu Lalu Diusir, Cerita Pilu Jemaah Kalsel-Tim Terlantar di Jakarta

Sedianya mereka sudah jatuh sakit sejak mendengar keberangkatan mereka tertunda. "Beberapa jemaah sempat dipasangkan infus," ujar asal tokoh asal Kelayan Banjarmasin ini.

Habib Fathur berharap Pemprov Kalsel segera memberi bantuan. Meski itu bukan tanggung jawab murni pemerintah.

"Tapi semua ini mayoritas warga Kalsel juga," ujarnya mengakhiri. 

Seperti diwartakan sebelumnya, cerita bagaimana jemaah mengungsi ke Asrama Pondok Gede bikin trenyuh setelah gagal berangkat ke Mekah.

"Kami yang terlantar ini ikhlas saja asalkan bisa berangkat, mudah-mudahan Allah bisa menolong kami," ucap Suriati jemaah asal Tanah Laut kepada apahabar.com. 

Selama di Jakarta, Suriati dan ratusan jemaah lainnya sudah tiga kali berpindah penginapan. Sampai pada akhirnya mereka diusir dari sebuah hotel dan mengungsi di asrama haji karena tak mampu bayar. 

Dikeluarkan dari hotel, beruntung salah satu jemaah kenal dengan seorang pejabat Kemenag RI. Jemaah itu lalu menelepon saudaranya dan memberitahu kalau kami terlantar di sini.

"Kami ya enggak mau pulang kalau kami tidak berangkat, itu saja,'" katanya sambil menangis.

Jurnalis apahabar.com sudah mendatangi kantor cabang PT Naila di Banjamasin, Kalimantan Selatan. Gagal, kantor berlantai dua yang baru diresmikan itu sepi bak kuburan. Aktivitas terakhir, kata warga sekitar, terlihat pada Jumat pekan lalu.

"Saya bayar Rp31 juta per orang. Uang itu hasil tabungan saya bertahun-tahun," lirih Suriati.

Sunarti berkata hampir sebagian besar calon jemaah haji yang saat ini berada di pengungsian Pondok Gede tak pernah dibuatkan paspor dan visa oleh PT Naila.

Baca: Jadi Berangkat atau Tidak Hantui Ratusan Jemaah Umrah Kalsel yang Terlantar di Jakarta

Ia pun belum tahu bagaimana kelanjutan nasibnya selama di Jakarta. Uang simpanan maupun stok konsumsi mulai menipis. Mau pulang pun, sebagian mereka masih pikir-pikir ongkos logistik. 

"Dilihat dulu 2 sampai 3 hari ya, tapi sebagian mau pulang. Tapi sebagian juga masih menunggu dipulangkan atau dinaikkan (diberangkatkan ke Arab Saudi) gitu,’" ujar Sunarti.

Empat tahun lamanya Sunarti menyisihkan uang dari berjualan sayur hingga mencapai Rp31 juta demi membeli sepaket umrah PT Naila.

"Aduh sakit rasanya [mengelus dada] sedih, air mata habis mengingat ngumpulkan uangnya itu sudah banyak," sambungnya.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, Sunarti kini harus menghadapi kenyataan jika pihak travel tidak menanggung makan mereka selama di Pondok Gede.

"Tidak semua di sini mampu membeli makanan, uang kami semua habis untuk membayar paket umrah," ujarnya.

Sunarti berharap pemerintah segera menindaklanjuti keberangkatan mereka ke Arab Saudi. "Harapan saya, selama apapun kami ingin tetap diberangkatkan," pungkasnya.