Hot Borneo

Jelang Kematian Danmenwa Amuntai, Pacar Rasakan Firasat Aneh

apahabar.com, AMUNTAI – Menginjak hari ketiga, penyebab kematian Rika Safitri (20) masih juga tertutup kabut misteri….

Rika Safitri diduga tewas dibunuh. Foto: Istimewa

apahabar.com, AMUNTAI – Menginjak hari ketiga, penyebab kematian Rika Safitri (20) masih juga tertutup kabut misteri. Polisi belum mampu menangkap terduga pembunuh mahasiswi Stiper Amuntai itu.

Rika, warga Desa Patarikan, ditemukan tak bernyawa di sebuah gubuk kebun warga Desa Haliau, Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah (HST), jelang waktu berbuka puasa, Minggu (3/4) sore.

Lokasi penemuan jauh dari pemukiman warga, tepatnya di tengah hutan Hangkingkin HST. Sederet kejanggalan juga ditemui pada jasad komandan resimen mahasiswa (Danmenwa) 619 Amuntai ini.

Kepalanya sudah dikerumuni serangga. Ditemukan pula bercak darah. Celana PDL yang dikenakannya juga sobek, hingga sebagian pahanya terlihat.

Kematian mahasiswi semester delapan agribisnis ini pun menyisakan kesedihan mendalam bagi orang terdekatnya, apalagi Muhammad Iqbal. “Saya tidak menyangga Rika pergi untuk selamanya,” ujarnya dihubungi apahabar.com, Selasa (5/4) sore.

Iqbal sadar tak mungkin bisa melawan takdir. Ia hanya bisa berlapang dada. “Harus menerima, semuanya telah ditetapkan Yang Maha Kuasa,” ujarnya terdengar lirih.

Iqbal sudah berpacaran dengan Rika sejak tiga tahun belakangan. Terakhir mereka bertemu, akhir Maret tadi. “Terakhir itu saat pergi ke tukang lemari untuk mesan peralatan kegiatan skripsi, itu tanggal 29 Maret,” bebernya.

Iqbal bilang kepergian Rika ke HST untuk mengembalikan sebuah handphone yang telah dibelinya kepada seorang pria. Namun Iqbal mengaku tak mengenalinya.

“Iya, saya tidak mengenalinya,” akunya.

Pembunuhan Danmenwa Amuntai di Hutan HST, dan Pesan Sahabat ke Polisi

Beberapa hari sebelumnya, Iqbal merasakan hal aneh. Ia curiga dengan handphone yang Rika beli. Tak seperti biasanya, Iqbal sempat bertanya mengenai Iphone 11 Pro Max itu. Apalagi Rika hendak langsung menjualnya ke media sosial.

Kepada Iqbal, Rika mengaku hanya menjualkan handphone milik orang. “Mana baduit nukar larang (gak ada uang beli, mahal),” terangnya.

Lantas, Rika bilang handphone itu milik seorang pria yang akan ditemuinya di Barabai Darat. Saat itu transaksi berlangsung di rumah Rika. Karena orang tua melarang Rika ke Barabai.

“COD atau bayar tunai ketika barang datang,” ujar Iqbal.

Sehari berselang, handphone tersebut bermasalah. Ada kerusakan. Rika pun minta pengembalian. Si pelaku mengiyakan. Tapi COD di Barabai. Berangkatlah Rika dengan adiknya.

“Mereka izin pamit ke luar rumah setumat (sebentar) ke orang tuanya sekitar pukul 15.00,” beber Iqbal.

Iqbal berkata orang tua mereka tidak tahu ke mana tujuan Rika. Termasuk akan bertemu dengan siapa.

“Karena biasanya kalau bilang keluar sebentar itu pasti di sekitaran Amuntai saja jual-beli barang,” sambungnya.

Yang Iqbal tahu, handphone tersebut dibeli Rika hanya senilai Rp1 juta, oleh orang tuanya dilebihi Rp150 ribu, sebagai ongkos penjual jalan ke Amuntai.

“Jadi uang handphone yang diserahkan totalnya Rp1.150.000,” ungkapnya.

Lantas mengapa harga Iphone sekelas 11 Pro Max hanya berkisar satu juta rupiah? Iqbal merasa barang tersebut palsu. “Sepertinya barang KW,” ujarnya.

Terlepas itu, Iqbal tak mau terlalu menyoal. Selama ini ia mengenal Rika sebagai pribadi yang baik. Cepat akrab dengan siapa saja.

“Orangnya friendly, tegas, baik, sopan walau agak tertutup dengan orang luar,” ujarnya.

Kini, Iqbal berharap polisi dapat segera menangkap pembunuh kekasihnya tersebut. Besar harapannya pelaku mendapat ganjaran sesuai syariat Islam. “Ajaran kami, mata bayar mata, nyawa bayar nyawa,” pungkas Iqbal.