Nasional

Jelang Haul Guru Sekumpul, Jalur Alternatif Sungai Bamban Batola Mulai Padat

Meski jumlah kendaraan meningkat, kondisi lalu lintas jalur alternatif di Desa Sungai Bamban menuju Martapura masih terbilang lancar, Jumat (28/2).

Sebuah mobil melintasi jembatan yang menghubungkan Jejangkit Muara dengan Tajau Landung. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Meski jumlah kendaraan meningkat, kondisi lalu lintas jalur alternatif di Desa Sungai Bamban menuju Martapura masih terbilang lancar, Jumat (28/2).

Untuk jemaah Haul Abah Guru Sekumpul dari Marabahan dan Banua Enam, Jalan Sungai Bamban di Kecamatan Rantau Badauh memang menjadi jalur alternatif terdekat.

Dalam kondisi normal, waktu tempuh dari Marabahan menuju Martapura via Sungai Bamban hanya sekitar 1 jam lantaran kondisi jalan sudah 95 persen aspal.

Jalur tersebut selanjutnya memasuki Kecamatan Jejangkit, tepatnya Desa Jejangkit Muara dan melewati lahan Hari Pangan Sedunia (HPS).

Selanjutnya jemaah melintas batas dari Barito Kuala ke Kabupaten Banjar. Desa pertama yang ditemui adalah Tajau Landung di Kecamatan Sungai Tabuk. Berturut-turut kemudian Kecamatan Martapura Barat dan Martapura.

Situasi inilah yang membuat kondisi jalan Sungai Bamban dan Jejangkit Muara lebih padat dari biasanya.

Peningkatan intensitas kendaraan mulai terlihat sejak, Kamis (27/2), ketika sejumlah mobil bernomor polisi Kalimantan Timur melintas.

Peningkatan yang cukup signifikan mulai terjadi, Jumat (28/2) siang. Tidak cuma sepeda motor, mobil pribadi dan taksi bergerak satu arah menuju Martapura.

“Mungkin sudah ratusan mobil jemaah dari Banua Enam dan Kaltim yang masuk Sungai Bamban. Kalau sepeda motor tak terhitung,” papar Supriyadi, warga Jejangkit yang berjaga di posko perbatasan.

“Identitas mereka dapat diketahui dari stiker yang dipasang di kaca depan. Itu belum termasuk kendaraan pribadi,” imbuhnya.

Pun jemaah tidak perlu merasa sendirian di perjalanan, karena warga setempat mendirikan sejumlah posko yang siap memberikan bantuan.

Posko sudah dapat ditemui sejak perbatasan Tapin dengan Batola di Kecamatan Bakumpai. Kebanyakan posko didirikan di depan mesjid dan langgar.

Kendati lebih dekat, jemaah juga diimbau berhati-hati melintasi Sungai Bamban, terutama malam hari. Selain minim penerangan, jalan tidak dilengkapi garis median dan pembatas.

Juga terdapat jembatan kembar yang terbuat dari kayu ulin di perbatasan. Kondisi jembatan cukup mendebarkan, karena tak dirancang untuk lalu lintas intensitas tinggi.

Terutama jembatan yang menghubungkan Jejangkit Muara dengan Tajau Landung. Susunan kayu tidak lagi rapat dan di antaranya hanya diikat dengan rantai sepeda motor.

“Guna menghindari hal tak diinginkan, mobil angkutan yang lebih besar diarahkan melalui jalan utama,” jelas Supriyadi.

Selain 17 posko swadaya masyarakat, Polres Batola juga menempatkan 8 pos penjagaan. Juga dibuat 21 titik penjagaan untuk mengantisipasi kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

Selain dari kepolisian, pos tersebut juga ditempati Kodim 1005 Marabahan dan jajaran, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, dan Satuan Polisi Pamong Praja.

“Kegiatan pengamanan tersebut dimulai 29 Februari hingga 3 Maret. pesan Kapolres Batola, AKBP Bagus Suseno, melalui Kasatlantas AKP Faisal Amri Nasution.

“Kami juga berharap masyarakat tetap berhati-hati di jalan dan tak membawa muatan berlebihan,” tandasnya.

Baca Juga: Mogok di Jalan Margasari-Sungai Puting, Hubungi Bengkel Berjalan Gratis

Baca Juga: Relawan dan Satpol PP Siap Tertibkan Pedagang ‘Nakal’ di Haul Sekumpul

Baca Juga: BPJS Kesehatan Barabai Siap Jamu Jamaah Haul Guru Sekumpul

Baca Juga:Komunitas Baharat Sediakan Bakso Andalan untuk Jamaah Haul Guru Sekumpul