Jelang Gerhana Matahari Hibrid, Apa Itu?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan Indonesia bakal ‘kedatangan’ Gerhana Matahari Hibrid pada 20 April 2023

Gerhana Matahari Hibrid. Foto: Kompas.

apahabar.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan Indonesia bakal ‘kedatangan’ Gerhana Matahari Hibrid pada 20 April 2023. Ini merupakan fenomena langka yang terakhir terjadi satu dekade lalu.

Situs hermit.org bahkan menyebut dalam kurun 1986 hingga 2067, fenomena ini hanya terjadi sembilan kali. Bila ditilik dalam rentang waktu yang lebih luas, yakni selama 5 ribu tahun terakhir, BRIN mengatakan terjadi 569 kali Gerhana Matahari Hibrid.

Khusus Indonesia, negeri ini sudah berulang kali menikmati fenomena langka yang demikian. Tercatat, Gerhana Matahari Hibrid muncul pada 26 April 1408, 8 Juli 1423, 23 Januari 1441, 25 Februari 1495, 10 Juli 1507, dan 6 Juni 1807.

Setelah terjadi pada 2023, Gerhana Matahari Hibrid disinyalir baru menampakkan diri lagi di Indonesia pada 25 November 2049. Kesempatan lain bahkan muncul dalam rentang lebih lama, yaitu 13 Oktober 2349 dan 17 Februari 2827.

Lantas, apa itu Gerhana Matahari Hibrid?

Gerhana Matahari Hibrid sendiri adalah fenomena yang terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris. Sehingga, di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari.

Sementara, di tempat tertentu lainnya, terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi sama dengan piringan Matahari. Dengan kata lain, saat Gerhana Matahari Hibrid berlangsung, terjadi dua tipe gerhana.

Kedua tipe itu adalah Gerhana Matahari Cincin dan Gerhana Matahari Total. Akibatnya, terbentuk tiga macam bayangan Bulan, yaitu antumbra, penumbra, dan umbra.

Di wilayah yang terlewati antumbra, gerhana yang teramati berupa Gerhana Matahari Cincin. Sedangkan, di wilayah yang terkena penumbra, gerhana yang teramati merupakan Gerhana Matahari Sebagian. 

“Kemudian di daerah tertentu lainnya yang terlewati umbra, gerhana yang teramati berupa Gerhana Matahari Total,” jelas BMKG, dikutip dari keterangan resminya, Senin (13/3).

Bolehkah Dilihat dengan Mata Telanjang?

Mengingat Gerhana Matahari Hibrid adalah fenomena langka, tentu banyak orang yang ingin menyaksikannya secara langsung. Namun, peristiwa tersebut rupanya tidak boleh disaksikan langsung dengan mata telanjang.

Anjuran yang demikian datang dari peneliti LAPAN, Rhorom Priyatikanto. Dia menyarankan untuk menggunakan kacamata Matahari atau filter Matahari sebagai pelindung mata.

Sebab, intensitas cahaya Matahari masih tergolong kuat dan menyilaukan meski tertutup bulan. Tanpa alat pelindung, cahaya ultra violet dan infra merah berpotensi merusak retina mata, bahkan menyebabkan kebutaan.

Selain filter Matahari dan kacamata Matahari, bisa juga menggunakan alat bantu. Berupa, kamera lubang jarum, teleskop, dan kamera DSLR dengan filter khusus matahari.