Perayaan Unik

Jelajah Hari Pengungsi Sedunia: Ketika Harapan Jauh dari Rumah

Setiap 20 Juni ada perayaan World Refugee Day, di mana pada hari ini, serentak dunia mengingat bagaimana jutaan manusia menjadi bagian dari arus pengungsian

Ilustrasi pengengsi. Foto: Dok. Okezone.

apahabar.com, JAKARTA - Setiap 20 Juni ada perayaan World Refugee Day, di mana pada hari ini, serentak dunia mengingat bagaimana jutaan manusia menjadi bagian dari arus pengungsian dengan alasan menyelamatkan nyawa atau mencari perlindungan.

Jika ditilik, sejarah pengungsi sudah bermula sejak ribuan tahun silam, yakni ketika manusia mulai mengalami perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Namun, istilah "pengungsi" sendiri baru digunakan secara internasional setelah Perang Dunia II.

Pada Perang Dunia II, jutaan orang menjadi pengungsi akibat perang dan penjajahan. Pada saat itu, negara-negara dunia sepakat untuk membangun sebuah badan internasional yang bertanggung jawab untuk mengurus masalah pengungsi, yaitu United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) pada tahun 1950.

Pengungsi Perang Dunia II. Foto: United States Holocaust.

Sejak itu, pengungsi terus bermunculan di dunia karena berbagai konflik, perang, bencana alam, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Contoh terkenal dari pengungsi adalah orang-orang Palestina yang terus mengungsi sejak terjadinya konflik Arab-Israel pada tahun 1948, serta pengungsi dari Suriah yang melarikan diri dari perang saudara yang terjadi sejak tahun 2011.

Sejarah Hari Pengungsi Sedunia

Hari Pengungsi Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 2001 oleh Dewan Pengungsi Internasional (International Refugee Council) untuk memperingati ulang tahun Konvensi tentang Status Pengungsi 1951.

International Refugee Council tahun 1951. Foto: UNHCR.

Konvensi ini adalah perjanjian internasional yang menetapkan definisi dan hak-hak pengungsi serta tanggung jawab negara-negara untuk melindungi mereka.

Pada tahun 2000, sebuah pertemuan tingkat tinggi di Jenewa, Swiss, dihadiri oleh 62 negara yang bertujuan untuk meningkatkan perlindungan bagi pengungsi dan mencari solusi yang lebih baik untuk masalah pengungsi.

Pertemuan tersebut kemudia menghasilkan sebuah pernyataan yang menyerukan adanya peringatan global untuk memperingati pengungsi di seluruh dunia. Sejak saat itu, Hari Pengungsi Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 20 Juni sebagai hasil dari pernyataan tersebut.

Ketika Harapan Jauh dari Rumah

Ilustrasi tema Hari Pengungsi Sedunia 2023. Foto: UNHCR.

Pada peringatan Hari Pengungsi Sedunia ini mengusung tema Hope away from home. A world where refugees are always Included, yang berarti 'Harapan jauh dari rumah. Sebuah dunia di mana para pengungsi selalu disertakan'.

Pesan moral dari tema tersebut adalah mengajak siapa pun untuk mengikutsertakan pengungsi ke dalam sebuah lingkup komunitas yang bisa memberikan rasa aman untuk mereka memulai hidup baru yang lebih baik.

Tujuan Hari Pengungsi Sedunia

Tujuan dari Hari Pengungsi Sedunia menurut UNHCR adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang situasi pengungsi di seluruh dunia dan untuk menghormati keberanian dan ketabahan para pengungsi yang berjuang untuk memulai hidup baru.

Selain itu, Hari Pengungsi Sedunia juga bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesadaran tentang hak-hak pengungsi dan tanggung jawab negara-negara untuk melindungi mereka.

2. Mendorong kerja sama internasional untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada pengungsi.

3. Menghormati peran dan kontribusi pengungsi dalam masyarakat mereka yang baru.

4. Meningkatkan pemahaman tentang akar masalah konflik dan kekerasan yang menyebabkan orang menjadi pengungsi.

5. Mendorong pengambilan tindakan untuk mengatasi penyebab utama dari konflik dan kekerasan yang menyebabkan orang menjadi pengungsi.

Statistik Pengungsi Global

Ilustrasi Hari Pengungsi Sedunia. Foto: The United Nation.

Menurut data yang dirilis oleh UNHCR (Badan PBB untuk Pengungsi) pada tahun 2020, terdapat sekitar 82,4 juta orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena konflik, perang, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia di seluruh dunia.

Dari jumlah tersebut, sekitar 26,4 juta di antaranya adalah pengungsi, sedangkan sisanya adalah pencari suaka dan orang yang terlantar di dalam negara (internally displaced persons/IDPs).

Negara-negara yang paling banyak menerima pengungsi pada tahun 2020 adalah Turki, Kolombia, Pakistan, Uganda, dan Jerman. Secara keseluruhan, lebih dari setengah dari jumlah pengungsi di seluruh dunia berasal dari lima negara, yaitu Suriah, Venezuela, Afghanistan, Sudan Selatan, dan Myanmar.

Situasi Pengungsi di Indonesia

Pencari suaka asal Afghanistan melakukan aksi unjuk rasa di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Rabu (19/1/2022). Foto: Suara.com.

Menurut data UNHCR, pada tahun 2020 terdapat sekitar 13.800 pengungsi dan pencari suaka yang tinggal di Indonesia. Mayoritas dari mereka berasal dari Afghanistan, Irak, dan Iran. Sebagian besar pengungsi dan pencari suaka di Indonesia tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.

Pada tahun 2020, Indonesia memperkenalkan kebijakan baru yang disebut "Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Orang Asing dalam Proses Pengajuan Perlindungan Internasional di Wilayah Indonesia".

Kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan perlindungan dan pengurangan waktu tunggu bagi pengungsi dan pencari suaka di Indonesia.

Namun, pandemi COVID-19 telah memperburuk situasi pengungsi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Banyak pengungsi yang kehilangan pekerjaan dan sumber pendapatan mereka, serta kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan dan pendidikan.

Beberapa organisasi internasional dan LSM telah mengambil tindakan untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada pengungsi di Indonesia selama pandemi.