Relax

Jejak Proklamasi: Tadashi Maeda, Perwira Jepang yang Berkorban untuk Kemerdekaan Indonesia

apahabar.com, JAKARTA – Proklamasi kemerdekaan Indonesia boleh dibilang tak terlepas dari bantuan Jepang. Betapa tidak, naskah…

apahabar.com, JAKARTA – Proklamasi kemerdekaan Indonesia boleh dibilang tak terlepas dari bantuan Jepang. Betapa tidak, naskah tersebut dirumuskan di kediaman seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Laksamana Muda Tadashi Maeda.

Laksamana Maeda, begitu sapaannya, meminjamkan rumahnya yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat, kepada Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo. Tujuannya, agar mereka dapat menyusun naskah proklamasi dengan aman tanpa gangguan Jepang.

Rumah Laksamana Maeda memang terbilang aman, mengingat dirinya adalah seorang Kepala Perwakilan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Jabatan yang demikian membuat kediamannya tak bisa sembarangan dimasuki perwira Negeri Matahari Terbit yang lain.

"Laksamana Maeda di periode 1930-an itu sudah tinggal di Indonesia bersama beberapa orang Jepang lainnya," ungkap kurator koleksi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jaka Perbawa, dikutip dari BBC Indonesia, Kamis (11/8).

Pria kelahiran 3 Maret 1898 itu menaruh simpati terhadap perjuangan rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Sehingga, dia pun bersedia membantu persiapan kemerdekaan negeri ini.

Rumah Laksamana Maeda ( Foto: Sudin Dispusip Jakarta)

Sebelum meminjamkan rumah, Laksamana Maeda juga terlibat dalam mencari keberadaan Soekarno-Hatta, yang kala itu 'diculik' oleh golongan muda. Tak butuh waktu lama, dengan bantuan intelijen, dia menginformasikan bahwa dwitunggal bangsa itu tengah berada di Rengasdengklok.

Pada 16 Agustus 1945, tepatnya malam hari, Soekarno-Hatta bersama Achmad Soebardjo kembali ke Jakarta. Namun, mereka tidak serta merta menyusun proklamasi di kediaman Perwira tinggi Angkatan Laut Jepang itu.

Laksamana Maeda bahkan sebelumnya menyarankan ketiga tokoh bangsa itu agar menemui Kepala Staf Tentara Angkatan Darat ke-16, Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto. Sayangnya, Yamamoto tak menerima kedatangan Seokarno-Hatta, sehingga dia pun meminjamkan rumahnya.

Perumusan Proklamasi di kediaman Laksada Maeda (Foto: Dispusip Jakarta)

Tak sekadar meminjamkan rumah, Laksamana Maeda sampai menyiapkan pasukan di dalam rumah dinasnya agar kondisi terjaga aman. Dia secara khusus memerintahkan ajudannya, Shigetada Nishijima, untuk mengawal peristiwa tersebut.

Serta, meminta kepala rumah tangga menyiapkan makanan untuk tokoh bangsa, yang kala itu tengah merumuskan naskah proklamasi di lantai bawah. Sedangkan Laksamana Maeda sendiri, setibanya di rumah, langsung beristirahat di lantai atas.

Keterlibatan Laksamana Maeda dalam kemerdakaan Indonesia sempat disembunyikan selama beberapa tahun. Namun, dua tahun usai proklamasi, tepatnya pada 1947, perwira tinggi Jepang itu ditangkap oleh sekutu.

Laksamana Maeda dijebloskan ke penjara lantaran dianggap sebagai pengkhianat, di mana membantu mempersiapkan kemerdekaan Indonesia yang notabene kala itu adalah negara incaran sekutu.

Selepas dari penjara, Laksamana Maeda masih harus menerima hukuman. Dirinya diseret ke Mahkamah Militer oleh Pemerintah Jepang tatkala kembali ke negara asalnya itu.

Beruntung, ketika berada di persidangan, Laksamana Maeda tidak terbukti bersalah, sehingga dia dibebaskan dari segala hukuman. Namun, hal ini agaknya menjadi titik awal kehancuran karier politik dan militer Maeda. Dia lantas memutuskan untuk menjalani hidup sebagai warga biasa.

Kehidupan pahit Laksamana Maeda yang demikian berbanding terbalik dengan eksistensinya di Indonesia. Namanya terkenang harum dalam sejarah Tanah Air, sampai Pemerintah Indonesia menganugerahkannya bintang jasa pada 17 Agustus 1977. (Nurisma)