Makin Cakap Digital

Jarimu Harimaumu! Literasi Digital Bekali Pelajar SMA di Kampar soal Etika Berjejaring

Kemenkominfo kembali menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sumatera bagi siswa/siswi SMA di Kabupaten Ka

Gerakan literasi digital di Kampar diikuti ratusan siswa.

apahabar.com, JAKARTA - Kemenkominfo kembali menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sumatera bagi siswa/siswi SMA di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Nobar kali ini mengangkat tema “Etika Berjejaring: Jarimu, Harimaumu!” dan telah berlangsung pada Senin (24/7) pukul 10.00-12.00 WIB.

Nobar bertujuan untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital. Kegiatan digelar dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.

Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya, dan dimana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Way Kanan, Pentingnya Teknologi Dukung Belajar Mengajar

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Katadata Insight Center (KIC), didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik. “Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual. 

Nobar literasi digital di Kampar diisi oleh ragam narasumber berkompeten.

Nobar dengan jumlah siswa 10.000 tersebut menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama Literasi Digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Dalam kegiatan tersebut menampilkan sejumlah narasumber, narasumber pertama yakni Kepala Unit ICT Universitas DIPA Makassar, Erfan Hasmin, membawakan materi keamanan digital. Erfan mengatakan bahwa para pengguna media sosial harus membatasi diri dalam membagikan informasi pribadi agar terhindar dari kejahatan di dunia maya. Privasi data diri penting di dunia digital karena dapat mencegah penyalahgunaan data pribadi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan menghindari potensi pencemaran nama baik.

“5 tips yang bisa kita pakai agar kita tetap aman dalam berinteraksi termasuk mencari tugas di ruang digital, yang pertama, akun-akun kita buat password yang kuat, gunakan kombinasi angka dan huruf, jangan berhubungan dengan data pribadi atau urutan di keyboard," jelasnya. 

Kemudian ia menganjurkan untuk terus gunakan password yang beda untuk setiap akun, dan mengganti password secara berkala.

Baca Juga: Literasi Digital, Kemenko Ekonomi: Percepat Masyarakat Adopsi Teknologi

Kedua, batasi izin akses file, kalau adik-adik misalnya menggunakan google drive, pastikan bahwa file itu hanya bisa diakses oleh orang yang diizinkan, tidak terbuka untuk semua, terus agar kita aman jangan buka link sembarangan.

Terakhir memang ada beberapa modus agar bisa mengakses akun-akun pribadi kita di internet, yang membagikan file seolah olah undangan, resi, padahal itu adalah aplikasi kejahatan untuk nantinya menarik data-data pribadi.

Selanjutnya biasakan gunakan anti-virus, seluruh Indonesia terdapat anti-virus yang free yang dibuat oleh anak bangsa.

"Misalnya smadav itu bagus dipakai, dan biasakan selalu membackup data, ini penting karena misalnya ada kerusakan di perangkat, google drive kita di take down, kita punya back up,” ujar Erfan.

Baca Juga: Nobar Literasi Digital di SD Muara Enim Bahas Internalisasi Nilai Pancasila 

Giliran narasumber kedua, Dr. Arden Simeru, M.Kom, selaku Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan Provinsi Riau, berbicara terkait etika digital. Menurut Arden para pengguna harus menjaga etika yang baik di ruang digital karena kebebasan dalam berekspresi dan berpendapat di media sosial itu dibatasi oleh hukum. Etika bermedia sosial yakni posting yang penting, bukan yang penting posting, mengikuti akun yang menyebarkan hal positif, menguasai emosi agar tidak mudah terpancing, dan menghindari hoaks dengan tidak mudah percaya pada suatu informasi.

Pastikan ada fakta dan data jika ingin membuat sesuatu, jadi jangan sekali-kali menyampaikan informasi di media sosial itu hal-hal yang diragukan kebenarannya, maka dia akan menjadi hoaks berita bohong.

Kemudian berkomunikasi dengan santun memakai etika, "kita sebagai orang Timur sangat menghargai hal ini, kemudian larangan menyebarkan konten pornografi, ini juga jadi masalah, ini sudah diatur dalam Undang-Undang kita, bahwa ini juga akan bermasalah secara hukum nanti anak-anak semua, harus diperhatikan," serunya. 

Baca Juga: Nobar Literasi Digital di SMP Lampung Timur, Yuk Sebar Konten Positif

"Jangan sembarangan membagikan sesuatu yang melanggar etika, kemudian larangan mengganggu suku, agama, antar golongan, SARA, ini juga berbahaya, menghargai hak cipta dengan menyebutkan sumber, tidak menyebarkan informasi pribadi dan keluarga secara bijak, hindari menggunakan identitas palsu,” jelas Arden.

Selanjutnya, Reni Risti Yanti yang merupakan seorang presenter dan key opinion leader (KOL), tampil menyampaikan bahwa bijaklah dalam bersosial media, jika belum bisa membagikan hal yang bermanfaat setidaknya tidak merugikan orang lain. Para pengguna harus menerapkan etika yang baik dengan berpikir ulang sebelum berkomentar atau membagikan sesuatu.

“Karena kadang-kadang kita gak sadar, kita lagi berkomentar, tulisannya capslock semua, huruf besar semua itu menjadi nada yang berbeda kan kalau dalam bentuk tulisan, jadi dibaca lagi, tanda seru itu bisa jadi tanda marah, atau tiba-tiba pakai emoji yang marah padahal sebenarnya bercanda," jelasnya. 

"Cuma dimasukkan dalam hati orang yang membacanya jadi salah, jadi benar-benar harus diperhatikan lagi, kira-kira kita berkomentar seperti itu bisa menyakiti hati orang tersebut atau gak ya, kalau sekiranya memang menyakiti, yaudah gak usah berkomentar di ruang publiknya dia, kalau kita mau mengkritisi sesuatu, bisa via japri, bisa via DM, syukur-syukur dibaca, tidak dibaca pun ya udah, ber legowolah (bersabar) memang begitu media sosial,” kata Reni. 

Baca Juga: Nobar Literasi Digital di SD Pidie, Pentingnya Pendidikan Karakter Gen Z 

Di akhir sesi nobar, para peserta diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan yang dijawab langsung oleh narasumber. Seluruh rangkaian acara dipandu oleh moderator Diny Brilianti.

Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, Youtube @literasidigitalkominfo serta website literasidigital.id.