Mayat Sekeluarga Kalideres

Jadi Muara Terakhir Sekeluarga yang Tewas Misterius, Begini Sejarah Kalideres

Penemuan mayat sekeluarga di Kalideres membuat pamor daerah tersebut turut mencuat. Siapa sangka, wilayah itu dulunya memiliki kali buatan berarus deras.

Wilaah Kalideres di masa lampau (Foto: CeritaKampungDjakarta)

apahabar.com, JAKARTA - Kasus kematian sekeluarga di Kalideres nan penuh misteri tengah menyita perhatian publik. Begitu pun dengan pamor daerah itu, yang namanya turut mencuat seiring berkembangnya perkara. 

Kalideres sendiri terkenal sebagai wilayah pangkalan terminal bus antarprovinsi, dengan trayek ke sejumlah kota besar di Pulau Jawa dan Sumatra. Namun, siapa sangka, daerah ini dulunya sempat ramai dilintasi perahu dari Batavia menuju Tangerang.

Ramai Dilintasi Perahu

Wajah Kalideres pada zaman penjajahan Belanda, memang dihiasi sungai yang cukup lebar, dalam, dan berarus deras. Sebab itulah, penamaannya diambil dari gabungan kata “kali” dan “deres.”

Melansir penelitian Kanal-kanal di Batavia Abad 17 dan 18: Sebuah Pendahuluan, segelintir sesepuh di kawasan tersebut menturkan bahwa nama Kalideres kemungkinan berasal dari keadaan alam di sekitarnya. Kali nan dalam lagi deras itu dikenal dengan sebutan Mookevart.

Adapun kali yang dimaksud bukanlah sungai alami, melainkan buatan sejenis saluran air – dalam istilah orang Belanda disebut vaart. Mookervaart sendiri diambil dari nama tuan tanah Belanda, Vincent van Moock, yang memperoleh izin dari pemerintah VOC untuk membangun saluran air.

Sungai buatan itu mengalir sepanjang jalan dari Jakarta menuju Tangerang, lebih tepatnya dari Sungai Cisadane sampai Kali Angke. Dibangun mulai 1682 hingga 1685, Mookervaart mulanya diperuntukkan sebagai sarana keperluan lalu lintas perahu yang menghubungkan Batavia dengan daerah-daerah pinggiran.

Berkat pengerjaan saluran Mookervaart, daerah pinggiran yang sebelumnya masih berupa hutan, lambat laun mulai terbuka. Sampai akhirnya, terciptalah pemukiman baru sekaligus lahan-lahan perkebunan dan pertanian.

Kini Jadi Hitam dan Bau

Mookervaart tak lagi menjadi sarana lalu lintas perahu. Kali yang semula berarus deras, sekarang mulai mengalir lambat. Airnya bahkan tampak menghitam, yang kemungkinan disebabkan pencemaran dari pabrik-pabrik di sekitarnya.

Aliran air nan deras pun mengalami pendangkalan akibat padatnya penduduk di sekitarnya. Bahkan, bantaran kali yang dulu pernah ada, sekarang sudah hilang dan berganti dengan bangunan rumah-rumah penduduk.

Tetapi, nama Kalideres tetap terkenal di Ibu Kota hingga sekarang serta menjadi nama terminal bus dan kecamatan.