Produk Olahan Ikan

Istri Nelayan Banyuwangi, FAO dan KKP Latih buat Produk Olahan Ikan

FAO dan KKP melatih perempuan istri nelayan skala kecil di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menciptakan berbagai produk olahan hasil perikanan.

Hasil produk olahan hasil perikanan di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (18/6/2023). Foto: Humas Pemkab Banyuwangi

apahabar.com, JAKARTA - Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa Bangsa dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia melatih para perempuan istri nelayan skala kecil di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menciptakan berbagai produk olahan hasil perikanan.

Produk-produk olahan hasil perikanan ini dipamerkan dalam kegiatan 'Semarak Perempuan Perikanan Banyuwangi untuk Indonesia' yang digelar di Taman Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Minggu (18/6).

"Penting untuk mengakui peran perempuan dalam perikanan skala kecil. Perempuan memainkan peran sentral dalam mempromosikan ikan sebagai sumber gizi dan konsumsi harian," kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal di Banyuwangi.

Menurut dia, dalam pelatihan yang dijalankan berbagai intervensi telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok perempuan dalam perikanan skala kecil.

Baca Juga: Peringatan FAO soal Krisis Pangan, Airlangga: Sikapi dengan Kolaborasi

Survei terbaru FAO yang dilakukan di Banyuwangi, kata Aryal, hampir 80 persen istri nelayan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai penggunaan pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan itu.

Padahal, mereka dan suami memiliki akses yang hampir sama terhadap kegiatan perikanan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan ketidakseimbangan peran perempuan dalam ranah ekonomi.

Selama satu tahun perjalanan proyek pelatihan, berbagai kegiatan pelatihan dan pendampingan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok tersebut di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.

Khususnya dalam peningkatan kesadaran untuk berperan dalam pengambilan keputusan, pengembangan kapasitas organisasi, pengembangan usaha, dan peningkatan kualitas serta daya saing produk olahan ikan, katanya pula.

Baca Juga: Pertemuan FAO Hasilkan 'Bali Strategy', Sepakat Berantas IUU Fishing

"Pemberdayaan perempuan dalam sektor perikanan skala kecil berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan meningkatkan peran mereka, kita dapat menciptakan perubahan positif untuk mencapai produksi yang lebih baik, gizi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik," ujarnya lagi.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi Dwi Yanto mengungkapkan bahwa Banyuwangi memiliki garis pantai sepanjang 173 kilometer.

"Dengan fakta itu, masih banyak potensi perikanan yang bisa dikembangkan. Itu belum termasuk perikanan budi daya darat yang jumlahnya juga cukup besar," katanya pula.

Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Machmud menyampaikan bahwa perikanan skala kecil memainkan peran penting dalam menyediakan gizi dan pendapatan bagi masyarakat.

Baca Juga: Illegal Fishing, KKP Tangkap Kapal Berbendera Malaysia

Menurut Machmud, sekitar 97 persen nelayan di Indonesia adalah skala kecil jika dilihat dari ukuran kapal yang mereka gunakan, yakni berukuran di bawah 10 GT.

"Peran perempuan dalam kehidupan pesisir, tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan, tetapi juga mencerminkan kesetaraan gender dan pentingnya inklusi dalam pengambilan keputusan," ujarnya.

Machmud mengatakan program pelatihan perempuan nelayan di Banyuwangi merupakan yang pertama di Indonesia.

"Tujuan utama proyek ini adalah mempromosikan kesetaraan gender dan sistem pangan serta mata pencaharian yang tahan perubahan iklim di komunitas perikanan skala kecil," ujarnya pula.