Kalsel

ISPU Lambung Mangkurat Tak Lagi Akurat

apahabar.com, BANJARMASIN – Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di simpang empat Jalan Lambung Mangkurat kembali bikin…

Index Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang terletak di simpang empat Jalan Lambung Mangkurat terlihat menunjukkan adanya pencemaran udara. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN – Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di simpang empat Jalan Lambung Mangkurat kembali bikin pusing. Pasalnya, udara di Kota Banjarmasin terekam beracun.

Pada, Sabtu (1/2) siang, papan tersebut menunjukkan kondisi N02 atau Nitrogen Dioksida pada angka berbahaya. Fenomena itu jelas gawat. Sebab NO2 tergolong gas beracun. Penghirup udara di Kota Banjarmasin bisa kehilangan kesadaran dan lumpuh.

Namun, kondisi itu dibantah Kasi Pengawas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin Fitriani. Dia mengatakan kualitas udara di kota berjuluk Seribu Sungai ini masih aman saja.

Menurutnya, apa yang terekam di ISPU itu karena sensor parameternya saja sedang rusak. Sehingga bukan jadi ukuran pasti udara di Banjarmasin beracun.

“Display ISPU yang menunjukkan NO2 masuk kategori berbahaya itu salah. Kualitas udara di Banjarmasin aman. Alatnya aja yang rusak,” ujarnya.

Baca Juga:Kondisi Udara Kalsel 93 Mikrogram, DLH Sebut Kategori Sedang

Dia mengungkapkan kejadian tersebut kerap terjadi sejak 2019 tadi. Untuk 2020 ini, kejadian tersebut merupakan pertama terjadi sejak Kamis lalu (30/1).

Saat ini tim DLH Banjarmasin sudah melaporkan ke Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK) selaku pemilik alat pemantau kualitas udara itu.

“Sensornya belum diganti oleh KLHK, dan mereka lagi koordinasi dengan pihak ketiga apakah sensor dan teknisinya siap untuk memperbaiki,” ungkap Fitriani.

Dia berharap ISPU di Banjarmasin bisa cepat diperbaiki. Sehingga tak sampai membuat masyarakat salah faham.

Adapun N02, diketahui sangat berbahaya bagi bahan pencemaran udara. Bahan kimia tersebut memiliki warna coklat kemerahan dan berbau tajam. Sementara saat ini udara yang dihirup tidak terasa demikian.

Baca Juga:Malaysia Rilis Indeks Pencemaran Udara

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin