Kalsel

IPAB Jejangkit Timur: Sempat Diremehkan, Sekarang Menjadi Pilihan

apahabar.com, MARABAHAN – Keterbatasan terkadang melahirkan inovasi. Inilah yang mengawali pembuatan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB)…

Kepala Desa Jejangkit Timur, Muammar, menjelaskan cara kerja Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) Jejangkit Timur. Foto-apahabar.com/Bastian

apahabar.com, MARABAHAN – Keterbatasan terkadang melahirkan inovasi. Inilah yang mengawali pembuatan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) Desa Jejangkit Timur, Kecamatan Jejangkit, Barito Kuala.

Berada di wilayah gambut, air bersih menjadi kendala utama warga Jejangkit. Dari tujuh desa, empat di antaranya belum dijangkau PDAM, termasuk Jejangkit Timur.

Baca Juga: Tambah Minat Pengunjung, Perpustakaan Palnam 'Bersolek' Lukisan Mural

Akibatnya warga cuma mengandalkan air hujan, sungai dan kolam. Namun air sungai dan kolam yang digunakan untuk menopang kehidupan tersebut jauh dari layak.

Selain berwarna hitam kemerah-merahan, air tersebut memiliki derajat keasaman (ph) rendah. Tidak hanya pakaian, bahkan besi yang direndam air sungai Jejangkit Timur bisa langsung berkarat.

Situasi inilah yang berusaha dipecahkan Kepala Desa Jejangkit Timur, Muammar, pasca beberapa bulan terpilih di awal 2016.

Bermodal pengalaman sebagai pekerja instalatir air bersih hingga ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan, termasuk mengerjakan proyek Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas), Muammar berusaha membangun pembangkit air minum sendiri di Jejangkit Timur.

Sungai Jejangkit yang berwarna hitam kemerah-kemerahan dan tidak dapat dikonsumsi. Foto-apahabar.com/Bastian

“Kebetulan kami mendapatkan Dana Desa yang kemudian menjadi modal awal pembangunan instalasi pengolahan air bersih,” ungkap Muammar, Minggu (30/06/2019).

Ternyata tidak mudah meyakinkan warga Jejangkit Timur. Beberapa di antaranya menginginkan Dana Desa digunakan untuk perbaikan maupun pembangunan sarana dan prasarana lain.

“Sebenarnya pekerjaan tersulit di awal-awal pembangunan adalah meyakinkan semua warga. Mereka khawatir proyek tersebut gagal dan Dana Desa terbuang sia-sia,” kenang Muammar.

Kekhawatiran itu juga disebabkan kegagalan proyek air bersih di Jejangkit Timur yang dilakukan Pemprov Kalsel. Disinyalir menggunakan dana hingga Rp1 miliar lebih, fasilitas tersebut cuma beroperasi setahun akibat minim pemeliharaan.

“Akhirnya pembangunan dimulai 2016 menggunakan Dana Desa sebesar Rp250 juta. Kemudian melalui Dana Desa 2017, proyek dirampungkan dengan biaya Rp250 juta,” beber Muammar.

Bentuk IPAB Jejangkit Timur terbilang sederhana. Terbuat dari plat besi setebal 2 milimeter seluas 6 x 8 meter, terdapat lima kamar penyekat dengan luas bervariasi.

Kamar pertama membatasi air yang langsung diambil dari sungai. Sedangkan kamar terakhir merupakan air bersih yang siap ditampung di tandon eks proyek Pemprov Kalsel, sebelum didistribusikan kepada warga.

Dalam kamar terakhir, air terlebih dahulu melewati tumpukan batu zeolit, pasir silika dan karbon aktif.

Begitu selesai dibangun, bukan berarti manfaat IPAB Jejangkit Timur langsung dinikmati, lantaran air yang dihasilkan masih masam. Suara-suara miring terkait kegagalan IPAB Jejangkit pun kembali terdengar.

“Pertama kali selesai dibangun, air dari sungai langsung ditampung di kamar pertama. Sistem ini persis seperti metode yang dilakukan PDAM. Namun hasil yang diperoleh jauh dari harapan,” tukas Muammar.

“Lantas berdasarkan pengalaman, kami menambahkan talang. Kemudian air dalam talang itu diberi bubuk kapur, sebelum masuk kamar pertama. Hasilnya air lebih jernih, tidak masam dan terpenting layak konsumsi seperti sekarang,” sambungnya.

Berdasarkan pengukuran Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Kalsel, air yang dihasilkan IPAB Jejangkit Timur memiliki ph 7,32.

Angka tersebut menyatakan air sudah layak dikonsumsi, mengingat range air bersih sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah 6,5 hingga 8,5.

“Setelah resmi beroperasi, kami tidak lagi memusingkan air bersih. Selanjutnya pengelolaan diserahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dengan dana operasional dari APBDes,” tegas Muammar.

Dengan kapasitas produksi 35 kubik (35.000 liter) air per jam, air dari IPAB Jejangkit Timur dapat dinikmati 150 kepala keluarga atau 1.200 warga. Angka itu mencapai 50 persen dari total jumlah kepala keluarga di Jejangkit Timur.

“Sekarang tinggal buka kran dan tidak perlu mendiamkan air bercampur kapur dan tawas selama beberapa hari,” sahut seorang warga bernama Junainah.

“Pembayaran biasanya sekitar Rp50.000 per bulan. Sedangkan pemakaian dua bulan pertama digratiskan,” tandasnya.

Baca Juga: Terdapat 174 Sungai di Banjarmasin Berpotensi Jadi Destinasi Wisata

Reporter: AHC13Editor: Ahmad Zainal Muttaqin