Kalteng

Intip Pengrajin Cobek Desa Basungkai Kapuas, Tetap Produksi di Tengah Covid-19

apahabar.com, KUALA KAPUAS – Pandemi Covid-19 yang berdampak luas terhadap sektor usaha, ternyata tidak banyak dirasakan…

Muhammad Basni pengrajin cobek batang kelapa Desa Basungkai. Foto-apahabar.com/Irfan

apahabar.com, KUALA KAPUAS – Pandemi Covid-19 yang berdampak luas terhadap sektor usaha, ternyata tidak banyak dirasakan oleh pengrajin cobek di Desa Basungkai Kabupaten Kapuas, Kalteng. Buktinya mereka tetap bisa produksi.

Salah satunya, Muhammad Basni, pengrajin cobek batang kelapa di Ray 9 Handil Sampurna, RT 03, Desa Basungkai, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas.

Meskipun pandemi Covid-19, Muhammad Basni setiap harinya tetap memproduksi cobek dan ulekan yang terbuat dari batang pohon kelapa.

“Saat PSBB kemarin memang ada kendala di pemasaran, tetapi sekarang sudah lancar dan kita tetap produksi,” katanya kepada apahabar.com, Minggu (11/10).

Cobek buatan warga Desa Basungkai, Kabupaten Kapuas. Foto-apahabar.com/Irfan

Muhammad Basni, juga selaku Ketua RT 03 Handil Sampurna Desa Basungkai itu, sudah 5 tahun menekuni profesi sebagai pengrajin cobek. Setiap bulan ia mampu memproduksi sampai 200 cobek.

“Kalau kondisi normal atau bahan bakunya tersedia dalam satu bulan saya bisa buat sampai dua ratus buah cobek. Tapi kalau bahan bakunya kurang sebulan paling hanya seratus buah,” ujar Basni.

Selain batang kelapa, cobek juga bisa dibuat dari batang pohon cempedak dan mahoni.

Namun kata, Basni, batang kelapa lebih mudah diolah khususnya batang kelapa yang sudah tua. Satu batang kelapa dibelinya harga Rp 200 ribu.

“Tapi sekarang kendalanya di desa ini batang kelapa sudah agak sulit didapat, terpaksa belinya ke desa lain yang jarak tempuhnya cukup jauh,” ucapnya.

Adapun untuk harga cobek, terang Basni, tergantung ukuran. Untuk ukuran 20 centimeter dibandrol Rp 12 ribu per cobek. Sedangkan untuk ulekan dibandrol Rp 3 ribu per uleken.

Sementara itu Kepala Desa Basungkai, Endang Sugianto mengatakan, jumlah pengrajin cobek di desa saat ini sebanyak 16 orang.

Sedangkan untuk pemasaran, selain di Kapuas, cobek yang diproduksi warganya juga di pasarkan ke Banjarmasin dan Palangka Raya bahkan sampai ke Balikpapan.

“Selaku pemerintah desa kami akan terus membina dan mensupport usaha lokal masyarakat ini untuk semakin berkembang,” katanya.

Bahkan, ujar Endang, rencana pihaknya kedepan akan memberikan bantuan alat transportasi untuk pengrajin cobek mencari bahan baku batang pohon kelapa.