Kalsel

Instruksi LLDIKTI: Anak Yatim Korban Covid-19 di Kalsel Harus Tetap Kuliah

apahabar.com, BANJARMASIN – Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak korban jiwa. Di Banjarmasin, sudah 29 anak kehilangan…

LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan menginstruksikan seluruh perguruan tinggi swasta membantu anak-anak yang ditinggal orang tuanya akibat Covid-19 untuk tetap melanjutkan kuliah. Foto ilustrasi: Antara

apahabar.com, BANJARMASIN – Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak korban jiwa. Di Banjarmasin, sudah 29 anak kehilangan orang tua mereka.

Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XI Kalimantan menginstruksikan seluruh perguruan tinggi swasta (PTS) membantu anak-anak yang ditinggal orang tuanya akibat Covid-19 untuk tetap melanjutkan kuliah melalui beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP).

“Bapak/ibu pimpinan PTS, sehubungan kondisi pandemi ini, saya berharap jika ada anak lulusan SMA/MA/SMK yang bapak ibunya atau bapaknya meninggal dan membuat yang bersangkutan batal kuliah, mohon diusahakan bisa kuliah di kampus Bapak/Ibu dengan diutamakan diberikan program KIP Kuliah,” demikian Kepala LLDIKTI Wilayah XI Kalimantan, Profesor Udiansyah, dilansir Antara.

Selain mengeluarkan surat, Udiansyah juga mengunjungi langsung salah seorang calon mahasiswa yang batal melanjutkan kuliah, karena kedua orang tuanya meninggal akibat Covid-19 di Banjarbaru.

Adalah Azza Ilman Kustianto (18) anak pertama dari empat bersaudara pasangan almarhum Dwi Kustianto dan almarhumah Sarjiyah, harus mengurungkan niat untuk melanjutkan kuliah di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin.

Kendati telah diterima sebagai mahasiswa baru di ULM, namun karena kedua orang tuanya meninggal dunia pada akhir Juli dan awal Agustus 2021 secara berturut-turut akibat serangan Covid-19, Azza terpaksa memendam dalam-dalam asanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Kakak dari Sabrina Sabilillah Kustianto (15), Aqila Sabilillah Kustianto (8) dan Kansha Arsila Kustianto (3,5) tersebut, memilih untuk tidak melanjutkan kuliah, karena berniat untuk bekerja, demi membantu tante dan pamannya, membesarkan adik-adiknya.

Sepeninggal kedua orangtuanya, kini Azza dan seluruh adiknya bersama keluarganya di Banjarbaru.

Melihat kondisi tersebut, Udiansyah tergerak untuk mendatangi langsung keluarga korban, untuk melihat kondisi anak-anak yang kini perlu mendapatkan dukungan dari seluruh pihak.

Selain untuk menyampaikan rasa bela sungkawa yang mendalam, kedatangannya pada Kamis (26/8) sore, juga untuk menyemangati mereka, agar tetap bisa melanjutkan hidup dan pendidikannya, tanpa rasa khawatir.

Udiansyah membujuk agar Azza tetap bersemangat untuk melanjutkan kuliah sesuai yang dia inginkan, agar ke depan bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, sehingga bisa mendukung seluruh adik-adiknya.

“Saya sangat berharap, Azza tetap bisa melanjutkan kuliah dengan biaya sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah, bukan hanya biaya kuliah persemester, tetapi juga biaya hidup selama kuliah empat tahun,” kata Prof Udiansyah.

Menurut Prof Udiansyah, sebagaimana arahan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Prof Nizam, anak-anak Indonesia tidak boleh pupus kuliah karena alasan tidak bisa bayar.

“Tidak boleh anak-anak Indonesia pupus harapannya untuk kuliah, karena tidak bisa bayar kuliah. Pemerintah harus hadir,” kata Prof Nizam dalam setiap kesempatan, mengingatkan agar seluruh pihak terkait peka terhadap kondisi anak-anak bangsa.

Berdasarkan hal tersebut, dia meminta agar seluruh PTS di Kalimantan untuk bergerak dan hadir mengulurkan tangan untuk anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya, agar tetap bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.

Seperti yang terjadi pada Azza, Udiansyah juga akan mengupayakan untuk bertemu Rektor ULM, agar Azza bisa tetap diterima di PTN tempat dia lulus saat mengikuti UTBK.

Namun, kalau ternyata tidak bisa di ULM, Kepala LLDIKTI XI tersebut, mempersilakan Azza memilih seluruh perguruan tinggi swasta di Kalimantan yang dia inginkan.

Prof Udiansyah minta, seluruh PTS di Kalimantan memprioritaskan seluruh mahasiswa dan calon mahasiswa korban Covid-19 untuk mendapatkan beasiswa berupa kuliah gratis.

Menurut dia, tidak boleh ada mahasiswa atau calon mahasiswa yang tidak bisa melanjutkan studinya, karena ditinggal orang tuanya akibat Covid-19.

Seluruh PTS harus memberikan perhatian terhadap anak-anak yatim akibat terdampak Covid-19 yang ingin tetap berkuliah, dengan memberikan prioritas penerima beasiswa KIP kuliah,” katanya.

Terhadap tawaran tersebut, Azza mengaku belum bisa memberikan jawaban. Karena harus berpikir ulang dan perlu musyawarah dengan seluruh keluarga.

Kendati keluarga Azza memberikan dukungan penuh dan menyerahkan seluruh keputusan kepada Azza, tetapi hingga Prof Udiansyah pulang, masih belum mendapatkan jawaban.

Bahkan, sesaat sebelum pulang, Udiansyah yang sangat berharap Azza bisa mengejar cita-citanya untuk kuliah, memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi sewaktu-waktu oleh Azza.

Prof Udiansyah berharap seluruh anak-anak di Kalsel bahkan Kalimantan korban Covid-19, tidak patah semangat untuk bisa menatap masa depannya dengan lebih baik, karena pemerintah akan selalu hadir untuk mereka.

Pada kesempatan tersebut, Prof Udiansyah juga menyerahkan bantuan dari LLDIKTI Peduli untuk Azza dan adik-adiknya.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Banjarbaru juga mengunjungi empat anak yatim piatu yang ditinggal kedua orangtuanya dalam waktu yang hampir bersamaan.

Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru Said Abdullah yang mengunjungi rumah anak-anak yatim bersama istri Wakil Wali Kota Ermina Fujianti di Jalan Murai Kelurahan Mentaos, tersebut untuk memberikan dukungan kepada keempatnya agar tetap tegar dalam menghadapi cobaan ini.

Kedatangan sekda yang juga didampingi Kepala Dinas Sosial Rokhyat Riyadi dan Kepala Dinas Dalduk KB PMP dan PA Mahrina Noor serta Plt Camat Banjarbaru Utara Bambang, dan Lurah Mentaos Ahmad Rifa’i.

“Kami atas nama Pemkot Banjarbaru ikut berduka cita atas meninggalnya kedua orangtua dan kedatangan ini sebagai bentuk kepedulian serta perhatian membantu penyelesaian administrasi,” ujar sekda.

Menurut sekda, apa yang dialami anak-anak yatim piatu ini menjadi keprihatinan dan tanggung jawab semua, karena mereka kehilangan kedua orangtua hanya dalam waktu bersamaan karena Covid-19.

Selain Azza, diyakini masih banyak anak-anak yang harus mendapatkan perhatian, karena dalam waktu singkat harus kehilangan orang-orang dekatnya.

Sehingga, kepedulian dan rasa empati harus terus ditingkatkan, untuk saling membantu dan menguatkan dalam menghadapi pandemi dan dampaknya.