Nasional

Ini Penjelasan BMKG Terkait Dampak Badai Matahari Terhadap Cuaca di Indonesia

apahabar.com, JAKARTA – Lembaga layanan cuaca dari Inggris Met Office mengumumkan bahwa akan terjadi fenomena Badai Matahari yang menuju…

Foto detail dari badai matahari kedua yang keluar dari permukaan matahari (25/10). Sepanjang Jumat kemarin (25/10) telah terjadi tiga kali badai matahari. Foto-REUTERS/NASA

apahabar.com, JAKARTA –Lembaga layanan cuaca dari Inggris Met Office mengumumkan bahwa akan terjadi fenomenaBadai Matahariyang menuju Bumi, Jumat (15/3/2019).

Meski demikian, dilansir Kabar24 Bisnis.com, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia menyatakan, badai matahari yang diperkirakan akan mencapai Bumi besok, Jumat (15/3), tidak akan berdampak langsung terhadap cuaca di Indonesia.

“Dampak badai magnetik ini tidak akan signifikan terasa pada perubahan cuaca di Indonesia,” ujar Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto ketika dihubungi Bisnis.com, Kamis (14/3/2019).

Dia menjelaskan, menurut ilmuwan badai matahari yang menyebabkan terjadinya badai magnetik bumi ini dapat mematikan GPS, sinyal ponsel, dan televisi digital. Namun demikian, efeknya terhadap cuaca bumi masih diperdebatkan di kalangan ilmuwan.

Pengaruh aktivitas matahari terhadap sistem iklim sebenarnya sudah diketahui oleh para ilmuwan iklim, diantaranya terdapat hubungan antara jumlah bintik matahari (sunspot number) dengan fluktuasi suhu global bumi dan variasi iklim El Nino atau La Nina. Terdapat siklus 11 tahunan sunspot activity itu yang berkaitan dengan fluktuasi parameter iklim di bumi.

Hanya saja, kata Siswanto, para ilmuwan masih belum memastikan pengaruhnya terhadap pembentukan cuaca panas atau hujan dalam skala waktu yang pendek.

“Dampak yang mungkin terjadi yang adalah peningkatan aktivitas aurora di Kutub Utara atau Selatan Bumi. Ini disebabkan pengaruh pertukaran dan interaksi partikel atmosfer Bumi daerah kutub dengan tergangunya lapis selimut magnet bumi tersebut,” katanya.

Atas dasar itulah, menurutnya, dampak badai matahari tidak akan signifikan terhadap perubahan cuaca di Indonesia.

Adapun adanya peningkatan suhu permukaan hingga 36°C di Indonesia bagian ekuator bukan disebabkan oleh badai matahari.

Baca Juga:Badai Pabuk yang Melanda Thailand Terburuk dalam Puluhan Tahun

“Tetapi lebih karena pengaruh gerak semu matahari yang tepat pada tanggal 23 Maret nanti berada di atas garis ekuator,” kata Siswanto.

Sementara itu, lewat akun resmi Instagramnya, hal sama juga dirilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang menyatakan bahwa berdasarkan kajian dari Pusat Sains Antariksa LAPAN belum ada dampak signifikan dari badai matahari.

“Tenang, semua aman berdasar asesmen dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN, belum ada dampak signifikan,” kata LAPAN dalam akun resminya di Instagram seperti dilansir Tempo.co.

Dalam akun@lapan-ri itu, juga disertakan gambar lubang korona matahari.

“Danni adalah gambar lubang korona 13 Maret kemarin. Posisi lubang korona di sekitar ekuator matahari memang bisa melepaskan angin matahari cepat yang diperkirakan mencapai bumi dalam 2 hari. Tetapi efeknya tidak seperti yang diberitakan. Info rinci cuaca antariksa bisa dilihat juga di situs LAPAN.”

Dalam situs LAPAN, prakiraan untuk Jumat, 15 Maret 2019, solar, geomagnet dan ionesfer semuanya tenang.

“Peluang flareyang terjadi di bawah kelas C,” kata LAPAN.

Sebelumnya, Lembaga layanan cuaca dari Inggris Met Office mengumumkan bahwa akan terjadi fenomena badai Matahari yang menuju Bumi. Lamanexpress, Rabu, 13 Maret 2019 menyatakan bahwa fenomena itu akan terjadi pada Jumat, 15 Maret 2019.

Baca Juga:Terancam Disapu Badai Dahsyat, Ribuan Turis di Thailand Dievakuasi

Editor: Aprianoor