Relax

Ingin Jadi Bajak Laut, Begini Dunia Kreasi Eiichiro Oda Melayarkan One Piece

apahabar.com, JAKARTA – Pecinta anime mana yang tak mengenal One Piece? Manga bertemakan bajak laut yang…

Eiichiro Oda (Foto: Celebrities.id)

apahabar.com, JAKARTA – Pecinta anime mana yang tak mengenal One Piece? Manga bertemakan bajak laut yang juga dijadikan animasi ini disebut-sebut sebagai seri terlaris sepanjang masa.

Bukan omong kosong belaka, penjualan One Piece dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan signifikan. Dari yang semula terjual 100 juta eksemplar pada 2005, menjadi 450 juta eksemplar per Maret 2019.

Tak berhenti di situ, aksi bajak laut yang berburu harta karun ini juga diangkat menjadi film. Teranyar, Monkey D. Luffy Cs bakal kembali berlaga di layar lebar pada 26 September 2022 mendatang dengan tajuk One Piece: Red.

Kesuksesan One Piece yang mendunia tentu tak terlepas dari tangan dingin sang pencipta, Eiichiro Oda. Siapa sangka, tema yang diusung dalam karyanya itu ternyata adalah impian kecilnya. Ya, pria kelahiran 1 Januari 1975 ini memang selalu bermimpi menjadi bajak laut.

Realisasikan Cita-Cita Lewat Manga

Berbicara tentang masa kecil, tak ada yang spesial dari kehidupan Oda. Dirinya menekuni aktivitas yang umum dilakukan anak-anak di Jepang: berburu serangga, membaca komik, bermain sepak bola.

Semasa kecil, Oda sering menonton serial animasi kenamaan berjudul Vicky the Viking. Inilah sebabnya, dia selalu bermimpi menjadi bajak laut. Alih-alih menjadi bajak laut betulan, Oda membuat dunia bajak lautnya sendiri dalam imajinasi.

Dirinya bahkan sempat menyarankan karakter bajak laut bernama Pandaman ke Yudetamago yang merupakan kartun gulat klasik Kinnikuman.

Satu hal paling menonjol yang ditunjukkan Oda kecil, ialah mahir membuat sketsa. Maklum, ayahnya adalah seorang karyawan yang gemar melukis. Menyadari bakatnya itu, Oda yang baru berusia empat tahun pun langsung memantapkan hati untuk menjadi seniman manga.

Mimpi tersebut terus berlanjut sampai dirinya beranjak remaja. Tatkala berusia 17 tahun, Oda mulai menciptakan manga bajak laut sendiri yang diberi judul Wanted. Dia mendaftarkan karya pertamanya itu ke sejumlah ajang dan berhasil memenangkan penghargaan. Salah satunya, juara dua di Tezuka Award, ajang bergengsi bagi seniman manga.

Merintis Karier sebagai Asisten

Keberhasilan Wanted membuka jalan bagi Oda untuk bekerja di majalah Weekly Shonen Jump, di mana awalnya menjadi asisten Shinobu Kaitani untuk seri Suizan Police Gang pada 1994. Namun, sebelum mendapat kesempatan ini, Oda ternyata sudah bekerja menjadi asisten Masaya Tokuhiro pada 1992 untuk seri Jungle King Ta-Chan.

Oda dan Tokuhiro kemudian menciptakan Mizu No Tomodachi Kappaman pada 1995. Di tahun yang sama, kala berusia 19 tahun, Oda beralih menjadi asisten Nobuhiro Watsuki untuk seri Rurouni Kenshin. Dia mulai diberi kebebasan melukis adegan kartun dengan gayanya sendiri.

Alhasil, saat masih bekerja dengan Watsuki, tepatnya pada akhir 1996, Oda mulai menggambar dua cerita bertema bajak laut dengan judul Romance Dawn. Kedua karya ini diterbitkan dalam Akamaru Jump dan Weekly Shonen Jump. Dalam karya inilah, Oda menampilkan Monkey D. Luffy sebagai tokoh protagonis, yang menjadi cikal bakal tokoh utama di One Piece.

One Piece Mulai Berlayar

Selang setahun usai Romance Dawn terbit, tepatnya pada 1997 One Piece mulai berlayar. Tak cuma fokus menggambar manga, Oda juga mendesain animasi video asli (OVA) pada 1998. Setahun setelahnya, Toei Animation mengakuisisi One Piece.

Di balik kisahnya yang menarik, ide penamaan One Piece sendiri boleh dibilang misterius. Betapa tidak, sang pencipta tak mau mengungkapkan alasannya memilih nama itu kepada publik dengan dalih 'terlalu rahasia.'

Di samping itu, Oda mengaku bahwa dirinya tak sembarangan mendesain karakter One Piece. Dia selalu bertanya pada diri sendiri ketika menggambar karakter, "apa yang dikatakan karakter ini?" Tak jarang, Oda juga memposisikan diri sebagai pembaca untuk memahami cerita apa yang sekiranya harus dibuat.

Untuk menjaga rasa 'greget' pembaca, Oda mengaku tak akan pernah membiarkan Luffy dan teman-temannya terbang bebas di langit. Sebab, menurutnya, hal tersebut dapat merusak keindahan dari petualangan itu sendiri.

Dari Inspirasi Jadi Berkolaborasi dengan Idola

Oda mengaku bahwa karyanya, One Piece, mendapat pengaruh besar dari seri Dragon Ball karya Akira Toriyama. Meski begitu, dia tak menjelaskan secara gamblang dalam hal apa Dragon Ball menginspirasi karyanya. Dia hanya berulang kali menegaskan kalau manga tersebut telah banyak berpengaruh terhadap One Piece.

Akhirnya, tepat saat One Piece berusia satu dekade, Oda berkesempatan untuk bekerja sama dengan sang idola, Akira Toriyama. Keduanya menciptakan Cross Epoch, yang merupakan persilangan antara Dragon Ball dan One Piece.

One Piece Membawanya Berlabuh pada Cinta Sejati

Terlepas dari profesionalisme, kehidupan pribadi Oda nyatanya juga tak terpisahkan dari One Piece. Dia bertemu dengan tambatan hatinya, Chiaki Inaba, di panggung pertunjukan Jump Festa One Piece 2002.

Kala itu, Oda jatuh hati pada Inaba yang sedang mengikuti cosplay dengan kostum Nami, salah satu tokoh di One Piece. Dari sanalah, keduanya mulai berkencan sampai memutuskan untuk menikah pada 2004. Mereka pun dikaruniai dua anak perempuan yang masing-masing lahir pada 2006 dan 2009.

Saat hubungan keduanya dipublikasikan, banyak penggemar berpendapat bahwa Inaba memang begitu mirip dengan Nami, utamanya ketika karakter itu masih berambut pendek. Sejak saat itu, Inaba senantiasa menemani sang suami dalam suka maupun duka. (Nurisma)