Data Inflasi Nasional

Inflasi Nasional Terkerek Naik, Beras dan Bensin Punya Andil

Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK). 115,44 poin pada September menjadi 115,64 di Oktober 2023. Situasi itu memicu pergerakan inflasi. 

Melonjaknya harga beras memicu inflasi di Kalsel. Foto-Istimewa

apahabar.com, JAKARTA - Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK). 115,44 poin pada September menjadi 115,64 di Oktober 2023. Situasi itu memicu pergerakan inflasi

Beranjak dari angka itu. Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,17 persen (month to month/mtm) pada Oktober tadi.

“Tingkat inflasi bulanan Oktober 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu,” beber Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Rabu (1/11).

Baca Juga: Dag dig dug.. Menanti Data Inflasi Indonesia, Rupiah Melemah Tipis

Secara tahunan, Indonesia juga masih mengalami inflasi 2,56 persen (year-on-year/yoy). Sementara, inflasi sepanjang tahun berjalan mencapai 1,8 persen (year-to-date/ytd).

Dari catatan BPS. Transportasi masuk dalam daftar kelompok penyumbang inflasi bulanan terbesar pada Oktober.

Angkanya mencapai sebesar 0,55 persen dengan andil kepada inflasi sebesar 0,07 persen. Lalu, Disusul kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,2 persen dengan andil 0,05 persen.

Dari komoditas, beras menjadi yang tertinggi dengan andil inflasi sebesar 0,06 persen. Disusul bensin 0,04 persen dan cabai rawit 0,03 persen. Lalu ada juga tarif angkutan udara 0,02 persen. 

“Selain itu, terdapat beberapa komoditas lain yang memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen. Di antaranya adalah cabai merah, emas perhiasan, tarif air minum PAM, jeruk dan sawi hijau,” jabarnya. 

Secara keseluruhan 90 kota IHK yang dipantau pergerakan, sebanyak 69 kota mengalami inflasi.

Sementara, terdapat 42 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari inflasi nasional. Lalu, sebanyak 21 kota lainnya terpantau mengalami deflasi.

Untuk Pulau Sumatra, inflasi tertinggi terjadi di Kota Palembang sebesar 0,53 persen (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,62 persen (mtm).

Adapun di Pulau Jawa, inflasi merata terjadi di seluruh wilayah dengan inflasi terendah terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,01 persen (mtm), kemudian inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,63 persen (mtm).

Kemudian Kepulauan Bali-Nusra, inflasi tertinggi terjadi di Kota Kupang sebesar 0,47 persen (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Bima sebesar 0,11 persen (mtm).

Di pulau Kalimantan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Palangka Raya sebesar 0,63 persen (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Tarakan sebesar 0,13 persen (mtm).

Di pulau Sulawesi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Gorontalo sebesar 1,00 persen (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Luwuk sebesar 0,58 persen (mtm).

Baca Juga: Kalsel dan Kaltim Terjerat Inflasi

Terakhir, di kepulauan Maluku-Papua, inflasi tertinggi terjadi di Kota Sorong sebesar 0,74 persen (mtm), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Kota Tual sebesar 1,08 persen (mtm).

Secara nasional, per September 2023, inflasi tertinggi terjadi di Kota Gorontalo sebesar 1,00 persen (mtm). Sedangkan deflasi terdalam di Indonesia terjadi di Kota Tual sebesar 1,08 persen (mtm).

“Inflasi tertinggi terjadi di Gorontalo dengan komoditas penyumbang inflasi antara lain cabai rawit dengan andil inflasi sebesar 0,53%; beras (0,20%); rokok kretek filter (0,06%); tomat (0,05%); dan upah asisten Rumah Tangga (0,04%),” jelasnya.