Industri Pengolahan Non Migas

Industri Manufaktur Ekspansif, Menperin: Kepercayaan Diri Cukup Tinggi

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis kinerja industri manufaktur di tanah air masih tetap terjaga.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis kinerja industri pengolahan non migas di tanah air masih tetap terjaga dalam kondisi yang stabil pada pertengahan triwulan pertama tahun ini.

Capaian tersebut terlihat dari hasil Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global, menunjukkan di posisi 51,2 pada bulan Februari atau masih dalam tahap ekspansi.

"Level ekspansi ini memperpanjang periode perbaikan kondisi sektor industri manufaktur kita selama 18 bulan terakhir ini, meskipun di tengah dampak tekanan ekonomi global," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Kamis (2/3).

Itu artinya tingkat kepercayaan diri para pelaku indutri manufaktur masih cukup tinggi atau optimistis. 

Baca Juga: Nilai Ekspor Desember (2022) Turun Seiring Penurunan Volume Ekspor Non Migas

Tetap Ekspansif

PMI manufaktur Indonesia pada bulan kedua ini mampu melampaui PMI manufaktur Myanmar (51,1), Malaysia (48,4), Taiwan (49,0), Jepang (47,7), Inggris (49,2), Amerika Serikat (47,8), Zona Eropa (48,5), Prancis (47,9), dan Jerman (46,5).

Menperin mengemukakan, aktivitas industri manufatur nasional yang masih berjalan impresif itu sesuai juga dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Februari 2023 yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian, tercatat mencapai posisi 52,32.

Level ekspansi ini mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 0,78 poin dibandingkan Januari 2023.

“Saya yakin, industri manufaktur kita akan tetap ekspansif seiring dengan berangsur membaiknya kondisi geopolitik dan ekonomi global. Selain itu didukung dengan kebijakan pemerintah dalam upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif,” paparnya.

Baca Juga: PMI Manufaktur RI Ekspansif, Sektor Industri Nonmigas Kian Menderu

Menanggapi laporan PMI manufaktur Februari 2023 mengenai kepercayaan diri berbisnis yang turun, Menperin menyampaikan bahwa survei IKI pada periode yang sama juga menunjukkan adanya industri yang masih pesimis, namun dengan jumlah atau persentase yang sedikit.

“Sebanyak 64,29 persen pelaku usaha menyatakan optimis terhadap kondisi usaha industri enam bulan ke depan. Seiring dengan itu, persentase pesimisme pelaku usaha mengalami penurunan, dari 13,60 persen pada Januari 2023 menjadi 10,81 persen pada Februari 2023. Sedangkan 24,90 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama enam bulan mendatang,” jelas Menperin.

Hilirisasi Industri

Agus menegaskan, pihaknya bertekad untuk terus fokus dalam mendorong kegiatan pengolahan sumber daya alam di dalam negeri. Langkah hilirisasi industri ini terbukti mampu membawa dampak yang luas bagi perekonomiaan nasional, seperti peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan ekspor.

“Hilirisasi dan pendalaman struktur manufaktur, itu yang akan terus kami kejar, karena bagian dari upaya penguatan supply chain. Ini juga yang akan memacu daya saing industri kita,” ungkapnya.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Turun, Menkeu: Kita Harus Waspada

Pemerintah telah menekankan, proses hilirisasi tidak hanya akan dilakukan pada sektor pertambangan mineral dan batu bara saja, tetapi juga menyasar ke sektor lain seperti pertanian, perkebunan, hingga perikanan.

Lebih lanjut, strategi yang akan ditempuh dalam upaya pendalaman struktur industri di tanah air, misalnya pemerintah akan mendorong pelaku industri untuk mengolah produknya lagi atau lebih meningkatkan nilai tambahnya.

“Contohnya, pengusaha yang sebelumnya hanya memproduksi kain akan didorong untuk mengolah kain tersebut menjadi pakaian sebelum masuk ke pasar,” imbuhnya.

Selain itu, Kemenperin konsisten untuk mempermudah pelaku industri mendapatkan bahan bakunya, sehingga produktivitas bisa berjalan baik.

Baca Juga: Porsi Sektor Manufaktur Masih Kecil Jadi Tantangan UMKM Go Global

“Menjaga ketersediaan bahan baku ini salah satu faktor yang menyebabkan dari industri kita naik,” tutur Agus.

Penggunaan produk dalam negeri

Menperin menambahkan, pihaknya juga terus memacu program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Sebab, upaya peningkatan belanja produk dalam negeri ini diyakini turut mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Pada tahun 2022, sekitar Rp762 triliun dari APBN, APBD maupun BUMN telah dibelanjakan untuk produk-produk dalam negeri. Ini nilai yang sangat besar sekali. Dan, ini bisa menjadi kesempatan atau peluang bagi pelaku industri yang memiliki produk-produk dengan kualitas yang baik,” ujarnya.

Kunci pertumbuhan ekonomi lainnya adalah peningkatan investasi. “Pemerintah telah berupaya untuk memberikan kemudahan izin. Kami juga mendorong pertumbuhan industri di luar Jawa, karena untuk mendukung pemerataan ekonomi,” terang Agus.

Baca Juga: IKI Meningkat, Industri Siap Hadapi Perlambatan Global

Terkait capaian PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2023, Jingyi Pan selaku Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence mengatakan bahwa kondisi sektor manufaktur di Indonesia terus membaik pada laju stabil dan berkelanjutan pada bulan Februari.

“Permintaan domestik dilaporkan menguat yang mendukung pertumbuhan manufaktur output, karena permintaan asing masih dalam proses pemulihan,” jelasnya.