Tak Berkategori

Indonesia Jadi Pengirim Pasukan Perdamaian Terbesar di Perbatasan Lebanon-Israel

apahabar.com, BEIRUT – PBB menyiagakan pasukan pemelihara perdamaian (peacekeeper) di perbatasan selatan Lebanon-Israel. Jumlah tentara yang…

Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari. Foto-Net

apahabar.com, BEIRUT – PBB menyiagakan pasukan pemelihara perdamaian (peacekeeper) di perbatasan selatan Lebanon-Israel. Jumlah tentara yang dikirim Indonesia disebut terbesar dibandingkan pasukan yang dikirim negara lain.

Konflik berdarah yang terjadi antara Palestina-Israel pada Mei 2021 menjadi perhatian dunia. Ini tentunya menjadi perhatian khusus dari Lebanon yang berbatasan dengan Israel serta sebagai bangsa Arab yang pro-Palestina.

Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari, menjelaskan ada hampir 10 ribu pasukan peacekeeper di perbatasan Lebanon. Dan ternyata, Indonesia mengirim jumlah pasukan terbesar.

“41 negara mengirimkan pasukannya, dan Indonesia merupakan negara pengirim pasukan pemelihara perdamaian terbesar di Lebanon. Ada sekitar 1.323 pasukan Indonesia,” ujar Dubes Hajriyanto dalam acara Liputan6 Update, Senin (24/5).

Tak hanya itu, Indonesia juga menjaga perdamaian di laut setempat dengan mengirimkan KRI Sultan Iskandar Muda.

“Kapal perang yang bertugas di perairan Lebanon, di Mediterania, berbatasan dengan perairan Israel adalah KRI Sultan Iskandar Muda dengan 120 personel. Sebuah kapal perang yang cukup besar dan gagah sekali, lengkap dengan helikopter,” ungkap Dubes Hajriyanto.

Dubes Hajriyanto menjelaskan situasi antara Lebanon dan Israel sangatlah panas. Selain karena posisi Lebanon yang sangat pro-Israel, ada juga masalah sengketa masa lalu ketika tanah pertanian Lebanon jatuh ke tangan Israel.

Di Lebanon juga banyak keturunan pengungsi dari Palestina dari perang tahun 1940-an. Saat itu, jumlahnya ada sekitar setengah juta pengungsi.

“Seperti diketahui bahwa jumlah pengungsi Palestina di Lebanon yang berdatangan sejak awal berdirinya Israel, yaitu terjadinya peristiwa Nakba pada 1940-an, khususnya 1948, itu pengungsi Palestina di Lebanon jumlahnya cukup besar, hampir setengah juta,” jelas Dubes Hajriyanto.

Para pengungsi dari Palestina itu belum bisa lagi kembali ke tanah air mereka, sebab sudah diduduki oleh pendatang baru, yakni warga Israel.

Hingga kini, Lebanon juga tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

“Lebanon tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, bahkan termasuk salah satu negara Arab yang masih dalam kondisi penuh ketegangan, eksplosif dengan Israel, dan justru karena itu maka PBB menempatkan pasukan penjaga perdamaian di selatan Lebanon, perbatasan dengan Israel,” ujar Dubes Hajriyanto.