Pemilu 2024

INDEF: Capres Cawapres Tak Punya Gagasan Ekonomi yang Kongkret

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai tiga bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) belum mampu memberikan

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat pertama Pilpres 2024 pada Selasa (12/12) malam. Foto: apahabar.com/ Bambang S

apahabar.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai tiga bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) belum mampu memberikan gagasan ekonomi yang konkret dalam visi dan misi mereka sebagai calon pemimpin Indonesia.

Ekonom INDEF Andry Satrio Nugroho menilai hal tersebut berdasar target pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi yakni di angka 7 persen. Di sisi lain, para capres dan cawapres tidak ada solusi konkret untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Jadi kira bertanya cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut?," ujarnya diskusi publik bertajuk "Mengurai Gagasan Cawapres tentang Ekonomi" yang disiarkan secara daring, Kamis (21/12).

Baca Juga: INDEF Ragukan Pola Kemitraan Dapat Menarik Investor Asing

Baca Juga: Jokowi Groundbreaking Kodim IKN: Jangan Banyak Tebang Pohon!

Andry menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 masih belum cukup unggul jika dibandingkan dengan Malaysia, Vietnam dan Filipina. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berkutat di angka 5 persen.

Ekonom INDEF Andry Satrio. Foto tangkapan layar: apahabar.com/Ayyubi

Bahkan jika dibedah perekonomian Indonesia dari segi perdagangan, kinerja ekspor-impor masih sangat rendah. Jika dijumlahkan tidak lebih dari Rp45 triliun.

"Ini salah satu tantangan tersendiri bagi ketiga pasangan," kata Kepala Centre of Industry, Trade, and Investment INDEF ini.

Di samping itu, dia menyoroti segi investasi, menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Kata dia, angka pencapaian realisasi investasi di Indonesia sudah cukup baik. Namun berbanding terbalik dengan produktivitas tenaga kerja.

Baca Juga: Megawati Bersuara, INDEF: Sinyal Pecah Kongsi PDIP dan Jokowi

Baca Juga: Bluebird Investasi Rp250 Miliar di IKN, Jokowi: Transportasi Ramah Lingkungan!

Pasalnya, investasi yang masuk pasti mengedepankan sektor-sektor padat karya. Sektor tersebut menurutnya membutuhkan tenaga kerja yang proaktif.

Dia menjelaskan hal itu yang menyebabkan banyak kawasan investasi yang tidak bisa menyerap tenaga kerja lokal. Sebab, kondisi SDM yang ada sampai saat ini tidak memenuhi kriteria dari investasi yang hadir di kawasan tersebut.

"Investasi juga kita harus bicara ke siapa SDM kita. Laju realisasi tumbuh meningkat tapi penyerapan tenaga kerjanya menurun," pungkasnya.