IMF dan WTO Ketar-Ketir Deglobalisasi Berdampak bagi Ekonomi Global

Dampak negatif deglobalisasi bagi ekonomi global dikhawatirkan oleh para pemimpin Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menghadiri konferensi pers setelah pertemuan di Kanselir Federal di Berlin. (Foto: Antara/Reuters)

apahabar.com, JAKARTA – Dampak negatif deglobalisasi bagi ekonomi global dikhawatirkan oleh para pemimpin Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Keduanya mendorong agar diperlukan sejumlah langkah cerdas untuk mendiversifikasi rantai pasokan.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengungkapkan globalisasi menjadi tantangan terbesar sejak Perang Dunia Kedua, disusul pandemi Covid-19 dan perang Rusia dan Ukraina.

"Tapi jangan buang bayinya bersama air mandinya. Jangan menghentikan perdagangan yang membuat kita semua lebih baik," katanya seperti dilansir Antara, Rabu (30/11).

Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala juga menggemakan pandangan itu, mencatat perkiraan WTO bahwa memecah ekonomi global menjadi dua blok perdagangan akan mengurangi produk domestik bruto global sebesar 5,0 persen dalam jangka panjang.

"Mundur dari perdagangan, menjadi proteksionis akan membuat lebih sulit - bukan lebih mudah - untuk menyelesaikan masalah yang kita miliki sekarang," kata Okonjo-Iweala. "Proteksionisme, decoupling, fragmentasi sangat mengganggu dan akan sangat mahal."

Deglobalisasi dan Dampaknya bagi Negara Berkembang

Baik Okonjo-Iweala maupun Georgieva mengatakan bahwa dampak deglobalisasi dan fragmentasi akan berdampak paling parah pada negara berkembang dan pasar negara berkembang. Dampak terhadap produk domestik bruto (PDB) di negara-negara tersebut akan mencapai dua digit, kata ketua WTO.

Okonjo-Iweala menyerukan langkah untuk mendekonsentrasikan manufaktur dengan cara yang cerdas dan memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan "menopang teman".

"Siapa itu teman? Seorang teman hari ini mungkin menjadi sangat tidak ramah besok," katanya.

Imbasnya untuk Negara Maju

Georgieva mengatakan pertumbuhan melambat di Amerika Serikat dan China, dua ekonomi terbesar dunia. Dia mengatakan data menunjukkan pertumbuhan global yang lebih rendah tahun depan daripada tingkat 2,7 persen yang diproyeksikan IMF pada pertengahan Oktober.

"Sentimen bisnis dan konsumen menunjukkan pelemahan aktivitas di kuartal keempat tahun ini dan berlanjut ke arah yang sama di tahun 2023," katanya.

Sekitar sepertiga dari ekonomi dunia, termasuk sekitar setengah dari Uni Eropa akan meluncur dalam resesi pada tahun 2023, katanya, menambahkan bahwa inflasi sekarang diproyeksikan akan bertahan lebih lama, meskipun secara bertahap dapat turun menjadi sekitar 6,5 persen tahun depan.