Sport

Imbas Pandemi, Atlet Nasional dari Batola Ini Berlatih Via Zoom

apahabar.com, MARABAHAN – Jauh dari Pelatnas National Paralympic Committee (NPC) Indonesia di Solo, tidak membuat Suriansyah…

Kendati Pelatnas diliburkan, Suriansyah tetap dibebani kewajiban berlatih mandiri di rumah. Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Jauh dari Pelatnas National Paralympic Committee (NPC) Indonesia di Solo, tidak membuat Suriansyah ongkang-ongkang kaki di kampung halaman.

Perenang disabilitas nasional ini sudah berada di Marabahan dalam dua bulan terakhir, setelah Pelatnas NPC di Solo diliburkan akibat pandemi Covid-19.

Sedianya Suriansyah dipersiapkan NPC ke ASEAN Para Games 2020 di Filipina. Kemudian bersama Kalimantan Selatan, agenda pria berusia 35 tahun ini adalah mengikuti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2020 di Papua.

Namun seiring penyebaran Covid-19 di seluruh dunia, pelaksanaan kedua agenda olahraga itu terganggu. Akhirnya ASEAN Para Games dibatalkan, sedangkan Peparnas diundur setahun.

“Sejak akhir Maret 2020, Pelatnas diliburkan dan atlet pulang ke daerah masing-masing. Namun demikian, kami tetap diwajibkan berlatih dari rumah,” ungkap Suriansyah.

Tidak hanya Suriansyah. Situasi serupa dirasakan lima perenang Kalsel lain di Pelatnas NPC. Mulyadi, Ahmad Zaini, Nur Aimah, Riyanti dan Fitria juga telah berada di kampung halaman.

Selama berlatih di rumah, atlet dipantau pelatih nasional menggunakan aplikasi sport tracker. Laporan hasil latihan selalu terekam dan dievaluasi setiap minggu.

Kemudian untuk memantau langsung latihan, atlet dan pelatih terhubung via Zoom. Melalui aplikasi video conference dan meeting ini, pelatih juga memberikan instruksi tertentu.

“Sebagian besar melatih fisik dengan durasi 5 sampai 6 kali seminggu. Kalau di Solo, kami biasa berlatih fisik 12 kali seminggu,” papar Suriansyah.

“Direncanakan latihan online berlangsung sampai Desember 2020. Kami berharap pandemi segera berakhir, karena latihan online tidak seperti latihan tatap muka,” tambah pria yang mengalami cacat kaki sejak anak-anak ini.

Dalam latihan tatap muka, kesidiplinan atlet benar-benar diuji. Kalau terdapat kekurangan, atlet dapat langsung berkonsultasi dengan pelatih setiap waktu.

“Disamping latihan online, saya latihan di kolam renang sebanyak dua kali seminggu di GOR Hasanuddin HM Banjarmasin dan dipantau pelatih-pelatih NPC Kalsel,” jelas Suriansyah.

“Seandainya Batola memiliki kolam renang, tentu saya berlatih di wilayah terdekat,” imbuh anggota tim estafet 4×100 meter gaya ganti putra yang meraih emas di ASEAN Para Games 2017 ini.

Selama berlatih di rumah, peraih 3 emas di Peparnas 2016 ini setidaknya masih memperoleh suntikan insentif dari NPC.

“Sebagian besar insentif digunakan untuk nutrisi dan suplemen latihan,” tandas warga Kelurahan Ulu Benteng tersebut.

Editor: Syarif