Kalsel

Hutan Galam di Tanah Laut Bikin Panorama Pantai Jorong Makin Indah

apahabar.com, PELAIHARI – Kabupaten Tanah Laut memiliki banyak potensi wisata. Selain Pantai Jorong yang cukup populer,…

Puluhan ribu kayu galam tumbuh subur tak jauh dari bibir Pantai Jorong. Foto-Candra/apahabar.com

apahabar.com, PELAIHARI – Kabupaten Tanah Laut memiliki banyak potensi wisata.

Selain Pantai Jorong yang cukup populer, juga ada hutan galam yang berpotensi jadi objek wisata baru. Kebetulan lokasi kedua objek wisata ini tak terlalu jauh.

Hamparan puluhan ribu kayu galam tumbuh subur tak jauh dari bibir pantai.

Pemandangan ini bisa ditemukan di Areal Tambang PT Jorong Barutama Grestone (JBG). Karena berada di wilayah perusahaan, saat ini panorama indah yang berjarak 35 kilometer dari Kota Pelaihari belum dibuka untuk umum. Orang yang boleh berkunjung masih sebatas tamu perusahaan.

Area habitat galam ini dinamakan Galam Park dengan koloni pohon galam yang sangat rapat. Di hutan galam ini telah dilakukan kerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat terkait penelitian dan uji coba pengembangbiakan kayu galam.

Eksternal Relation PT Jorong Barutama Greston (JBG) Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Idhar, mengungkapkan sejak 2015 pihaknya memiliki konservasi kayu galam kurang lebih seluas 50 hektar.

Ditetapkannya konservasi kayu galam, kata dia, agar keberadaannya tetap lestari dan bisa dimanfaatkan untuk objek wisata sekaligus penelitian.

“Banyak warga yang ingin mengambil kayu galam di sini. Namun, dengan ditetapkannya sebagai kawasan konservasi, maka kelestariannya tetap terjaga hingga kini dan akan datang,”ucapnya.

Dia mengatakan Galam Park memiliki titian sebagai akses untuk menyusuri hutan. Jalur itu juga sering digunakan karyawan kantor menuju pantai.

Rencananya, setelah PT JBG tidak lagi beroperasi, pengelolaan hutan galam akan diserahkan ke Pemkab Tanah Laut.

Di kawasan hutan tersebut tak hanya menjadi habitat kayu galam. Tapi, sekaligus menjadi area konservasi berbagai jenis tumbuhan hutan tropis, termasuk fauna (satwa) yang ada di dalamnya, antara lain lebah, ular, kelelawar, dan lainnya.

Keberadaan hutan itu juga menjadi pusat riset flora fauna hutan tropis bagi kalangan akademisi maupun pihak lain yang konsen terhadap pelestarian plasma nutfah.