Kalsel

Hujan Deras, 4 Wilayah di Kalsel Berpotensi Banjir Bandang

apahabar.com, BANJARBARU – Dampak dari La Nina, sebagian wilayah di Kalsel mesti waspada terjadinya hujan deras…

Sejumlah kawasan di Kalimantan Selatan diprakirakan dilanda hujan petir dengan durasi singkat. Foto: Istimewa

apahabar.com, BANJARBARU – Dampak dari La Nina, sebagian wilayah di Kalsel mesti waspada terjadinya hujan deras berpotensi banjir bandang khususnya untuk hari ini dan Selasa (2/11) besok.

Adapun wilayah yang diatensi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dengan tingkatan siaga seperti Barito Kuala, Banjarmasin dan Banjar serta Tapin dengan tingkatan waspada.

Disampaikan, Staff Forecaster BMKG Syamsudin Noor, Putri Cahyaningsih kepada apahabar.com, Senin (1/11), bahwa fenomena La Nina memberi dampak pada pertumbuhan awan hujan di wilayah Kalsel, sehingga potensi terjadinya hujan meningkat.

Bukan hanya waspada untuk dua hari ini saja, Putri menuturkan kewaspadaan mesti ditingkatkan selama La Nina masih ada.

Sebab, berdasarkan prakiraan hujan bulan November, curah hujan tergolong menengah hingga tinggi. Sehingga potensi banjir hingga bandang mungkin saja terjadi di beberapa wilayah di Kalsel.

Karenanya, masyarakat kata Putri perlu mewaspadai peningkatan intensitas hujan di daerahnya yang dapat menyebabkan terjadinya banjir hingga bandang.

“Berhati-hati jika beraktivitas di luar rumah, memperbarui informasi melalui media massa maupun media sosial,” ujarnya.

Juga terus memantau info update mengenai cuaca di Kalsel, melalui media sosial BMKG.

Meski begitu, ia sendiri berharap La Nina kali ini tidak sampai menyebabkan banjir seperti Januari lalu.

Di mana, pada Januari 2021 lalu, hampir keseluruhan wilayah di Kalsel terdampak banjir. Hingga sejumlah akses jalan dan infrastruktur umum rusak dibuatnya.

Adapun La Nina termonitoring BMKG beberapa waktu lalu, setelah terjadinya pendinginan suhu muka air laut di Samudra Pasifik ekuator sejak awal Oktober 2021.

Menurut BMKG, pendinginan suhu muka air laut mencapai minus 0,61 yang menunjukkan terjadi fenomena La Nina.

Dalam catatannya, penurunan suhu dingin secara teori telah melewati ambang batas 0,5 sebagai syarat terjadinya La Nina dengan intensitas lemah. Saat ini, pada dasarian tiga Oktober, penurunan suhu muka laut di Samudra Pasifik ekuator terus bertahan, bahkan terdeteksi mencapai minus 0,92 dan jika mencapai satu, maka La Nina sudah mencapai level moderat atau menengah.

La Nina sendiri adalah fenomena yang dikontrol oleh perbedaan suhu muka air laut antara Samudra Pasifik bagian tengah (ekuator) dengan wilayah perairan Indonesia, sehingga suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat.