Gedung Bersejarah

Hoogere Kweekschool Purworejo, Cagar Nasional Tempat Otto Iskandardinata Menimba Ilmu

Gedung Hoogere Kweekschool (HKS) di Purworejo masih berdiri kokoh meski usianya sudah lebih dari 100 tahun.

HKS Purworejo (Dok. KITLV Leiden)

apahabar.com, PURWOREJO - Gedung Eks Hoogere Kweekschool (HKS) di Purworejo, Jawa Tengah, masih berdiri kokoh meski usianya sudah lebih dari 100 tahun.

HKS yang kini dijadikan SMAN 7 Purworejo adalah saksi munculnya pendidikan guru di Jawa Tengah sejak abad ke IXX.

Kemunculan HKS di Purworejo dan Bandung pada 1914 juga menjadi pertanda berkembangnya politik etis Belanda untuk kaum pribumi melalui sektor pendidikan.

Menurut berbagai catatan sejarah, mutu sekolah HKS dinilai lebih tinggi daripada Kweekschool. 

Humas SMAN 7 Widyastuti menuturkan, HKS awalnya didirikan pada Oktober 1914, namun baru diresmikan pada 1915.

"Setiap sisi pada bangunan ini masih kami jaga keasliannya, mulai kursi, meja hingga ubin lantai masih murni," kata Widyastuti, Rabu (30/11).

Peresmian gedung HKS kala itu juga dihadiri dihadiri Direktur Onderwijzens en Eredienst, DR. J. Hazeu dibuktikan dengan adanya tulisan Anno 1915 pada salah satu sisinya.

Meski didirikan oleh Belanda, para siswa di HKS berasal dari kalangan pribumi berbagai daerah.

Selain sekolah, HKS juga menyediakan asrama dengan peraturan ketat untuk para siswanya.

"Sistem belajar dan kegiatan di asrama diawasi seperti sekolah ikatan dinas di masa ini," jelasnya.

Namun sayang, 15 tahun setelahnya, tepatnya pada 1928, pemerintah Belanda kehabisan dana untuk membiayai HKS Purworejo.

Agar proses belajar tetap berjalan, maka HKS Purworejo dipindahkan ke HKS Bandung.

"Tapi akhirnya HKS Bandung juga ditutup karena Belanda lagi-lagi kehabisan dana, tetapi gedungnya masih dipakai untuk MULO di masa penjajahan Jepang," ujarnya.

Setelah melalui berbagai alih fungsi yang pasang surut, pasca kemerdekaan Indonesia, HKS bertranformasi menjadi Sekolah Pendidikan Guru (SPG). 

"Maka terkenalnya di masyarakat lokal SMAN 7 Purworejo itu gedung SPG," bebernya.

Hingga SPG juga turut dihapus pada 1991, HKS kemudian resmi digunakan sebagai SMAN 7 Purworejo.

"Melihat usia dan keaslian bangunannya, maka SMAN 7 Purworejo dijadikan Sekolah Cagar Budaya Nasional," kata dia.

Kepala SMAN 7 Purworejo Niken Wahyuni, mengatakan sekolah yang ia bina senantiasa mencetak anak didik yang banyak berperan di pemerintahan, khususnya pada awal kemerdekaan.

Salah satu alumni SMAN 7 yang dikenang sebagai tokoh pergerakan dan  pahlawan nasional yakni Otto Iskandardinata.

Seperti yang sudah diketahui, Otto Iskandardinata adalah mantan aktivis pergerakan sekaligus Wakil Ketua Budi Utomo dan Menteri Negara pada kabinet yang pertama Republik Indonesia 1945.

"Semoga dijadikannya SMAN 7 Purworejo sebagai sekolah cagar budaya mendongkrak semangat untuk menjaga warisan dan meningkatkan kualitas pendidikan di masyarakat," pungkasnya.