Nasional

Hoaks Penanaman Chip Pelacak Warga yang Divaksin Covid-19

apahabar.com, JAKARTA – Informasi yang beredar tentang chip pelacak dalam vaksin, langsung dibantah Satuan Tugas Penanganan…

Barcode yang tertera di kotak dan botol vaksin Covid-19 Sinovac cuma sebagai penanda produk. Foto: Berita Satu

apahabar.com, JAKARTA – Informasi yang beredar tentang chip pelacak dalam vaksin, langsung dibantah Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Telah beredar sebuah video berdurasi 2:04 menit di media sosial. Video itu menampilkan cuplikan penjelasan Erick Thohir yang juga Ketua Tim Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

Erick terlihat menjelaskan fungsi barcode di kemasan kertas dan kotak vaksin Covid-19 Sinovac.

Terdapat juga cuplikan video lain yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 memiliki sistem pelacak lokasi keberadaan setiap orang pasca divaksin.

Belakangan video tersebut langsung dibantah Satgas Covuid-19. Informasi penanaman chip dalam proses vaksinasi dipastikan tidak benar alias hoaks.

“Penanaman chip atau komponen yang bisa melacak masyarakat seusai divaksin itu cuma berita bohong,” tegas juru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, seperti dilansir detikcom, Selasa (19/1).

Dijelaskan bahwa kegunaan kode batang atau barcode yang tertera di botol vaksin itu tidak berpengaruh apapun. Kode itu semata-mata digunakan untuk pelacakan distribusi produk vaksin.

“Barcode itu sama sekali tidak dapat difungsikan untuk melacak keberadaan masyarakat yang telah divaksin,” tegas Wiku.

“Masyarakat juga harus mengerti bahwa informasi yang diberikan kepada pemerintah selama proses vaksinasi terjamin rahasia, serta semata-mata digunakan untuk kepentingan proses vaksinasi,” tambahnya.

Sebelumnya terdapat seian informasi hoaks terkait vaksinasi Covid-19. Salah satunya orang yang pingsan sesuai divaksin. Belakangan diketahui bahwa situasi tersebut hanya simulasi.

“Masyarakat seharusnya juga tidak serta-merta menyebarkan informasi yang bersifat memprovokasi dan tak dapat dipertanggungjawabkan,” beber Wiku.

“Mengaitkan dua hal yang tidak berhubungan sangat berbahaya. Akhirnya masyarakat sendiri yang dirugikan akibat berita-berita tersebut,” tandasnya.