Tak Berkategori

Hikmah di Balik Covid-19, Emisi Karbon Dioksida Turun Catat Rekor

apahabar.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 membawa hikmah terhadap lingkungan. Salah satunya memangkas emisi karbon dioksida. Seperti…

Langit yang terekam saat pandemi Covid-19, yang terlihat lebih bersih. Foto-net

apahabar.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 membawa hikmah terhadap lingkungan. Salah satunya memangkas emisi karbon dioksida.

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 memaksa sebagian besar negara menerapkan lockdown.

Rupanya, hal ini berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon dioksida, sebesar 7 %.

Jumlah itu adalah penurunan emisi karbon dioksida terbesar yang pernah terjadi.

Global Carbon Project, sebuah kelompok otoritatif yang terdiri dari puluhan ilmuwan internasional yang melacak emisi karbon dioksida, menghitung bahwa Bumi di tahun ini melepaskan 34 miliar metrik ton karbon dioksida ke udara.

Dikutip dari situs KSAT.com, seperti dilansir detikcom, Minggu (13/12) angka ini turun dibandingkan dengan tahun 2019 yang tercatat sebesar 36,4 miliar metrik ton.

Para ilmuwan mengatakan penurunan ini terutama karena orang-orang tinggal di rumah, sehingga lebih sedikit bepergian menggunakan mobil dan pesawat.

Mereka memperkirakan angka emisi karbon dioksida akan kembali melonjak setelah pandemi berakhir.
Transportasi darat tercatat menghasilkan sekitar seperlima emisi karbon dioksida, gas pemerangkap panas buatan manusia.

“Tentu saja, lockdown bukan cara untuk mengatasi perubahan iklim. Namun studi serupa yang dilakukan beberapa bulan lalu memperkirakan penurunan emisi dari 4% hingga 7%, tergantung pada perkembangan COVID-19,” kata salah satu penulis studi Corinne LeQuere, ilmuwan ahli iklim di University of East Anglia.

“Gelombang kedua virus Corona dan pengurangan angka perjalanan yang berkelanjutan mendorong penurunan menjadi 7%,” lanjut dia.

Global Carbon Project juga menyebut emisi turun 12% di Amerika Serikat dan 11% di Eropa, tetapi China hanya menunjukkan angka 1,7%.

Itu karena China melakukan lockdown lebih awal dibandingkan fase pandemi gelombang kedua yang lebih sedikit.
Selain itu, emisi China pun lebih berbasis industri dibandingkan negara lain yang lebih berbasis transportasi.

Perhitungan berdasarkan laporan yang merinci penggunaan energi, produksi industri dan jumlah mobilitas harian, dipuji sebagai perhitungan yang akurat oleh para ilmuwan.

Bahkan dengan penurunan emisi di tahun 2020, dunia rata-rata mengeluarkan 1.075 metrik ton karbon dioksida ke udara setiap detik.

Angka final untuk 2019 yang diterbitkan dalam studi yang sama, menunjukkan bahwa dari 2018 hingga 2019, emisi karbon dioksida hanya meningkat 0,1%, jauh lebih kecil dibandingkan lompatan yang terjadi tahunan sekitar 3% pada satu atau dua dekade lalu.

Bahkan dengan emisi yang diperkirakan akan meningkat setelah pandemi, para ilmuwan bertanya-tanya apakah 2019 menjadi puncak polusi karbon.