Kalsel

Heboh Warga Badandan di Batola Memperoleh Sumber Gas

apahabar.com, MARABAHAN – Bermaksud memperoleh air tanah, warga RT 01 Desa Badandan, Kecamatan Cerbon, justru mendapatkan…

Beberapa warga memperhatikan air bor yang membawa serta api dari dalam tanah di Desa Badandan. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Bermaksud memperoleh air tanah, warga RT 01 Desa Badandan, Kecamatan Cerbon, justru mendapatkan sumber gas.

Gas tersebut ditemukan Mubarak yang mengerjakan pengeboran tanah untuk memperoleh sumber air, Jumat (29/11) sore.

Setelah mata bor mencapai kedalaman 25 meter dan mesir penyedot air dihidupkan, air pun mulai mengalir deras. Namun seiring aliran air, juga tercium bau gas yang cukup menyengat.

“Setiap kali mesin air dihidupkan, bau gas keluar bersama air dari bawah tanah. Akhirnya kami berpikir untuk membuat selang bercabang dua agar gas dan air tidak tercampur,” jelas Mubarak, Sabtu (30/11).

“Ketika gas sudah tercium dari selang yang tidak mengeluar air, api dapat dipancing menggunakan korek,” tambahnya.

Kemunculan gas bersama air merupakan kejadian pertama di Badandan. Kendati diyakini memberikan manfaat, gas yang muncul bersama air tak urung mengkhawatirkan.

“Oleh karena baru terjadi, kami sempat bingung. Tetapi lantaran gas yang timbul dari sumur bor ini dekat permukiman, kami juga khawatir api tiba-tiba menyala,” sahut warga lain bernama Bardin.

Melihat proses kemunculan, gas sumur bor air di Badandan diperkirakan adalah gas alam dari batubara atau Coal Bed Methane (CBM).

Mengutip tulisan Yan Provinta Laksana (Mengenal Gas Alam dari Batubara, 2013), CBM terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batu bara.

Namun gas alam tersebut terperangkap dalam kerak bumi dan tidak mendapat jalan keluar menuju atmosfer lantaran uap air jenuh yang mengelilingi batu bara.

Dalam teknik pengeboran gas alam dari batu bara ini diperlukan pemompaan air keluar menuju lapisan terluar kerak bumi untuk mengurangi tekanan dalam lapisan batu bara, sekaligus mendorong gas alam keluar dari lapisan batu bara.

Sementara Rizqi Syawal (CBM, Potensi Besar di Daerah Surga Energi Indonesia, 2012) menjelaskan faktor negatif dari eksploitasi CBM ini adalah banyaknya air tanah yang  terproduksi.

Hal ini disebabkan lingkungan pengendapan batu bara itu umumnya terbentuk di daerah rawa. Agar potensi tidak berkurang, air produksi itu disuntikkan kembali ke bawah lapisan batu bara.

Baca Juga: IOF, JTC, dan BAT Bantu Korban Kebakaran Pulau Sebuku

Baca Juga: Kalsel Hari Ini, Waspada Hujan Lebat dan Angin Kencang