Nasional

Heboh! Guru Lumpuh Hingga Gejala Kebutaan Usai Vaksin Covid-19

apahabar.com, JAKARTA – Seorang guru sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Sukabumi, Susan Atela (31) dikabarkan…

Oleh Syarif
Ilustrasi Vaksin Covid-19. Foto-Freepik

apahabar.com, JAKARTA - Seorang guru sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Sukabumi, Susan Atela (31) dikabarkan mengalami kelumpuhan dan gejala kebutaan setelah menerima vaksin Covid-19 dosis kedua.

Kejadian ini berawal ketika korban mendapatkan vaksin dosis kedua pada 31 Maret 2021 lalu.

Menanggapi kabar ini, pengamat kesehatan sekaligus dokter relawan Covid-19 dr Muhamad Fajri Adda’i mengatakan, kejadian tersebut belum tentu diakibatkan oleh vaksinasi Covid-19. Pasalnya, sejauh ini belum ada data valid penelitian bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kelumpuhan.

"Yang menjadi permasalahan adalah nomor satu, ini penyebabnya masih simpang siur. Jadi kita tidak tahu apakah ini disebabkan oleh vaksin," kata dr Muhamad Fajri Adda’I, kutip Okezone, Minggu (2/5).

Dia menjelaskan, ada dua faktor untuk memahami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Sebab, kejadian yang menimpa guru Susan tersebut masih dalam kajian Komnas KIPI.

"Apapun yang terjadi pasca-disuntik itu disebut KIPI. Ada hubungan waktu, tapi belum tentu ada kausalitas atau sebab akibat. Jadi, belum tentu (disebabkan vaksin). Ini kan pasti dikaji. Sejauh ini, keterangan dari badan yang berwenang, Komnas KIPI, itu masih mengkaji dalam tahap akhir. Jadi kita enggak tahu apakah ini berkaitan apakah tidak," ujarnya.

"Belum tentu berkaitan. Kenapa? Karena pertama, ini adalah penyuntikan yang kedua. Kalau dia alergi berat misalnya harusnya yang pertama dia sudah (reaksi). Timingnya memang pas, jadi kesannya berhubungan tapi belum tentu," jelas dia.

Selain itu, sejauh ini juga belum ada data dari uji klinis dan KIPI yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kelumpuhan. "Data KIPI KIPI sebelumnya, dari sekian juta orang, di negara manapun, itu belum ada data timbul kelumpuhan," kata dr Fajri.

Untuk mengetahui apakah itu berhubungan dengan vaksin atau karena faktor lain, diperlukan segala rangkaian penelitian kepada orang yang bersangkutan. Mulai dari mengecek kronologi hingga riwayat penyakit.

"Idealnya kalau mau dicek, kita harus tahu kronologinya, riwayat orang tersebut bagaimana, gejalanya, keluhannya, riwayat penyakit sebelumnya, keluarganya ada nggak sakit sakit tertentu. Lalu lihat perjalanan penyakitnya, dicek semuanya, nanti darahnya dicek, dan lain-lain," tutupnya.