Kalsel

Heboh Bajakah, Simak Ulasan MUI Kalsel tentang Pengobatan Islami

apahabar.com, BANJARMASIN – Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu…

Akar Bajakah yang dijajakan di Pasar Kahayan, Palangkaraya, Kalteng, Senin (19/8). Padahal pemerintah setempat sudah melarang pengiriman Bajakah ke luar Kalteng. Foto-Kalteng Pos

apahabar.com, BANJARMASIN – Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah 'Azza wa Jalla."[HR. Muslim]

Sabda itu dipakai sebagai kalimat pembuka Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan, H Asfiani Norhasani, ketika apahabar.com bertandang untuk menanyakan penggunaan tanaman herbal dalam pandangan Islam.

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan, H Asfiani Norhasani. Foto-apahabar.com/Nita

"Setiap penyakit ada obatnya, hanya perbedaannya ada yang tahu dan tidak tahu," kata Asfiani di kantor MUI Kalsel, belum lama ini.

Dalam ilmu kedokteran ketika menemukan sebuah obat harus melalui proses penelitian terlebih dahulu. Untuk mengetahui efek sampingnya, dosisnya dan sebagainya. Menurut Asfiani, hal itu tak bertentangan dengan hukum syariah.

Dia juga menyampaikan sebuah kisah berdasarkan Hadis Riwayat Tirmidzi. Yaitu ketika seseorang menemui Rasulullah SAW untuk menceritakan penyakit saudaranya yang terkena diare.

Rasulullah SAW pun menyarankan untuk memberinya madu. Namun lelaki itu harus mengulang beberapa kali memberi madu untuk saudaranya sampai akhirnya sembuh. "Dapat dipahami bahwa sebagus-bagusnya obat, harus ada takarannya," ujarnya.

Apabila obat herbal memiliki efek lama untuk mendapatkan reaksinya, berbeda dengan pengobatan modern melalui bahan kimia yang memiliki efek yang lebih cepat. Walaupun ada efek samping apabila penggunaan dalam jangka waktu panjang.

"Para dokter lah yang mengerti bagaimana mengatasi efek samping tersebut," imbuhnya. Menggunakan tanaman-tanaman herbal dalam pandangan ulama Islam diperbolehkan dengan syarat harus melalui ahlinya.

"Seperti kita meyakini Habbatus Sauda sebagai obat segala penyakit, tapi Nabi mengecualikan as-sam yaitu kematian," paparnya. Dari pemaparan tersebut, Asfiani menyimpulkan bahwa sehebat apapun sebuah obat harus melalui petunjuk dari ahlinya.

Sementara dia sependapat dengan para ahli kesehatan yang mulai buka suara mengenai Bajakah, tumbuhan yang diyakini mampu memusnahkan Kanker. Berkat hasil penelitian pelajar SMAN Palangkaraya dan mampu membawanya hingga ke tingkat internasional, tumbuhan ini ikut viral.

"Baru penelitian awal, itupun bukan orang yang ahli di bidangnya. Walaupun mereka mendapatkan penghargaan internasional, kita tidak meremehkan prestasi yang sangat luar biasa ini," ungkapnya.

Dalam Islam, kata dia, berobat pun memiliki aturan khusus, dan harus ada kombinasi. Kembali ia paparkan saat Rasulullah SAW disengat Kalajengking, ia menggunakan air dan garam. Kemudian sembari mengoleskan pada bekas sengatan, dibacakan surat surat al-Kaafiruun, al-Falaq dan an-Naas.

"Di sini Rasulullah melakukan dua kombinasi yaitu doa dan obat luar," sebutnya

Mewakili MUI Kalsel, Asfiani menyampaikan nasihat kepada umat muslim yang ingin berobat agar menjalani dua kombinasi tersebut. Yaitu berobat pada ahlinya, serta seraya berdoa dan memohon kesembuhan kepada Allah SWT.

"Karena yang menyembuhkan itu hanya Allah SWT. Dokter, perawat, obat dan seterusnya, itu adalah usaha manusia untuk tawakal dan berserah diri kepada Allah," pesannya mengakhiri.

Baca Juga: Warga Tala Temukan Tanaman Bajakah di Hutan Rawa Batakan

Baca Juga: Heboh Bajakah, Pasien Kanker Rela Tunda Pengobatan Medis

Baca Juga: Danrem: Pemesan Bajakah dari Luar Kalteng Ada yang Capai 1 Ton

Reporter: Musnita SariEditor: Fariz Fadhillah