Hati-hati Berbicara! Orang Tua Bisa Jadi Pelaku Bullying Verbal

Perundungan tak melulu identik dengan kekerasan. Perkataan menyakitkan pun termasuk sebagai bullying verbal. Tanpa disadari, orang tua berpotensi jadi pelakunya

Ilustrasi orang tua menjadi pelaku bullying verbal bagi anak (Foto: dok. Tanoto Foundation)

apahabar.com, JAKARTA - Perundungan atau bullying merupakan perilaku agresif yang dapat membuat seseorang mengalami perasaan tidak nyaman. Tindakan itu seringkali diasosiasikan dengan serangan fisik, seperti memukul atau menendang.

Sejatinya, perundungan tak melulu identik dengan kekerasan. Perkataan yang menyakitkan pun termasuk sebagai bullying verbal, di mana lazimnya berupa umpatan sarat hinaan, berkonotasi merendahkan, hingga bentakan yang dilontarkan secara sengaja maupun tidak.

Celakanya, bullying verbal bukan cuma dilakukan orang luar. Tanpa disadari, orang tua bahkan berpotensi menjadi pelaku bullying verbal terhadap anak sendiri. Dilansir dari berbagai sumber, berikut adalah tanda orang tua melakukan bullying verbal kepada anak tanpa sengaja:

1. Memanggil dengan nama panggilan yang berfokus pada kelemahan anak

Nama kecil seperti “gembul” atau “si unyil” barangkali terdengar lucu bagi orang tua. Namun, ternyata, itu adalah bagian dari bullying verbal.

Orang tua sudah sepatutnya berhati-hati dalam memilih nama panggilan untuk anak. Jangan sampai memakai nama yang kurang tepat, apalagi berhubungan dengan kekurangan atau kelemahan anak.

Jika sudah terlanjur menggunakan nama panggilan yang demikian, cobalah bertanya apakah si buah hati nyaman dengan panggilan tersebut. Jika anak merasa tidak nyaman, segera perbaiki nama panggilan itu.

2. Membanding-bandingkan anak

Membanding-bandingkan anak dapat mengembangkan perasaan inferior secara tidak sadar. Selain itu, mereka juga cenderung memiliki amarah tersembunyi terhadap orang tua karena merasa orang tuanya tidak menyayanginya.

Oleh karena itu, sebaiknya hindari kalimat yang terkesan membandingkan anak, sekalipun bertujuan untuk memotivasi mereka.

3. Bersikap terlalu protektif

Setiap orang tua pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi anak. Namun, bersikap terlalu protektif juga termasuk bentuk bullying verbal terhadap anak.

Menggunakan kata “jangan” secara terus menerus berarti mendikte tiap gerakan anak. Perilaku ini dikenal sebagai helicopter parenting, di mana orang tua mengontrol setiap gerak-gerik anak. Akibatnya, si kecil menjadi terlalu bergantung, terlalu takut, atau bahkan mudah emosional.

Bahaya Bullying Verbal bagi Anak

Meski terkesan sepele, bullying verbal sejatinya dapat menimbulkan dampak negatif yang cukup serius pada anak. Beberapa di antaranya ialah:

1. Merasa rendah diri

Bullying verbal terhadap anak, terutama yang dilakukan orang tua atau orang dewasa lain di dekatnya, dapat memiliki efek jangka panjang. Salah satunya, mengakibatkan anak merasa rendah diri.

Bullying verbal dapat menghilangkan rasa harga diri anak. Mereka akan kehilangan perasaan berkuasa atas hidupnya dan mulai memercayai penghinaan. Alhasil, mereka melihat diri sendiri sebagai sesuatu yang kurang dari siapa mereka sebenarnya.

2. Menurunnya prestasi belajar

Bullying verbal dapat menyebabkan anak merasa tidak bersemangat lagi melakukan aktivitas-aktivitas yang dulu disukainya. Pada usia sekolah, efek bullying verbal kerap terlihat melalui penurunan kinerja dan partisipasi sekolah.

Seorang anak yang dulunya unggul, mungkin mulai kehilangan minat belajar dan penurunan nilai belajar. Selain itu, mereka juga menjadi lebih sering menyendiri dan enggan terlibat dalam berbagai kegiatan di sekolah.

3. Stres dan depresi

Ketika bullying verbal berlangsung cukup lama, anak mungkin merasa seolah-olah tidak ada cara untuk ‘melarikan diri’. Segalanya terasa gelap dan dunia menjadi tempat yang dingin, tidak bersahabat, bahkan dipenuhi dengan bahaya dan serangan yang tak henti-hentinya.

Perasaan tidak mampu dan rasa sakit itu sering menyebabkan depresi pada anak. Jika dibiarkan, korban emosional dari intimidasi verbal bahkan bisa menyebabkan upaya bunuh diri.

Cara Menghindari Bullying Verbal terhadap Anak

Mengingat dampak yang ditimbulkan cukup serius, tentu tindakan pencegahan bullying verbal sangat diperlukan. Berikut adalah tiga cara mengindari bullying verbal terhadap anak:

1. Perhatikan cara mengatasi perilaku anak yang tidak diinginkan

Perilaku bullying verbal umumnya muncul ketika orang tua melihat perilaku anak yang tidak diinginkan. Misalnya, saat anak melakukan kesalahan, orang tua cenderung mengkritik, alih-alih membantu memperbaiki kesalahan tersebut.

Orang tua disarankan untuk membiarkan anak sesekali melakukan kesalahan, kecuali jika itu menyangkut kesehatan dan keselamatan. Sebab, kesalahan terkadang malah menjadi cara terbaik bagi anak untuk mempelajari hal baru.

2. Terapkan pola asuh otoritatif

Otoritatif merupakan pola asuh yang menetapkan batasan dan meminta pertanggungjawaban anak atas perilaku mereka. Namun, pada saat bersamaan, itu membimbing dan memaafkan anak ketika mereka melakukan kesalahan.

Melalui pola asuh ini, orang tua dapat mendorong anak untuk menjadi kreatif dan mandiri dalam batas yang ditetapkan. Dengan kata lain, orang tua tidak mengendalikan anak, melainkan menciptakan batasan yang sehat, di mana mereka dapat tumbuh dan berkembang. 

Pola asuh otoritatif terbilang efektif karena mengajarkan anak-anak untuk mandiri. Sekaligus, meyakinkan anak bahwa orang tuanya percaya pada mereka.

3. Berkonsultasi dengan profesional

Jika orang tua merasa ragu dan ingin memastikan cara menghindari perilaku bullying verbal terhadap anak, cobalah berkonsultasi dengan psikolog anak profesional. Diskusikan soal pola asuh anak serta berbagai hal lain mengenai pengasuhan dan tumbuh kembang anak.

Dampak bullying verbal sama buruknya dengan bullying fisik. Untuk itu, orang tua harus mulai menyadari pentingnya perkataan yang akan disampaikan kepada buah hati. Pikirkan kembali perkataan tersebut dengan bijak, jangan sampai malah menjadi bullying verbal.