Hari Monyet Sedunia

Hari Monyet Sedunia: dari Sejarah Unik hingga Jadi Ikon Dufan

Tanggal 14 Desember diperingati sebagai Hari Monyet Sedunia. Peringatan ini ternyata bermula dari gurauan seorang mahasiswa

Bekantan, primata endemik Pulau Borneo yang menjadi ikon Dufan. Foto: Indonesia.go.id.

apahabar.com, JAKARTA - Tanggal 14 Desember diperingati sebagai Hari Monyet Sedunia. Berbeda dengan peringatan pada umumnya, momen ini tidak dirayakan secara resmi oleh setiap negara lantaran hanya bermula dari gurauan seorang mahasiswa. 

Adalah Casey Sorrow, mahasiswa seni di Michigan State University yang mencetuskan Monkey Day. Usut punya usut, dia menandai tanggal 14 Desember di kalender temannya untuk gurauan semata.

Casey bersama teman-teman kampusnya bahkan pergi liburan dalam rangka Hari Monyet. Peringatan itu kian populer usai dia dan kawannya, Eric Millikin, memasukkan momentum tersebut dalam karya seni dan komik online mereka.

Seiring berjalannya waktu, kampanye Hari Monyet semakin mendunia. Malahan, sejumlah negara seperti AS, Inggris, Kanada, Thailand, Jerman, Turki, Skotlandia, Pakistan, India, Estonia dan Kolombia, menjadikan momen ini sebagai hari libur nasional.

Baca Juga: Hari AIDS Sedunia: Kenali Kelompok yang Berisiko Tertular HIV

Meski mulanya diciptakan sebagai candaan semata, Hari Monyet Sedunia punya tujuan mulia. Betapa tidak, ini dirayakan dengan misi meningkatkan kesadaran soal pentingnya melestarikan spesies monyet dan segala satwa terkait.

Adapun untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas, salah satunya, dengan menjadikan monyet sebagai ikon tertentu. Lantas, spesies apa saja yang dijadikan maskot di Indonesia? Merangkum berbagai sumber, berikut ulasannya:

Bekantan

Kalau Anda pernah mengunjungi Dufan, pasti sudah tak asing dengan maskotnya yang berupa monyet hidung panjang. Ikon tersebut sejatinya adalah monyet jenis bekantan, primata endemik yang mendiami Pulau Kalimantan.

Pusat Studi Stawa Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebut bekantan termasuk sebagai satwa endemik yang terancam punah. Ancaman utama yang membahayakan eksistensi monyet ini adalah kelestariannya, mengingat kerusakan habitat dan perburuan ilegal merajalela.

Sebab itu, bekantan terdaftar dalam Appendix I dari The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). Hal ini berarti bahwa bekantan tidak boleh diperdagangkan.

Baca Juga: Hari Antikorupsi Sedunia, Seremonial Belaka?

Kekah

Kekah adalah monyet endemik yang menjadi ikon Kepulauan Natuna di Provinsi Kepulauan Riau. Layaknya bekantan, eksistensi monyet kekah jua terancam punah akibat ulah manusia yang memburunya untuk dijadikan peliharaan.

Keinginan demikian bukan tanpa alasan, mengingat monyet kekah secara morfologi berbentuk lucu lagi unik. Tubuhnya dibalut bulu berwarna hitam tebal dan diselingi warna putih. Hewan ini juga mudah jinak, dan dianggap memiliki nilai prestisius bila memeliharanya.

Riset Universitas Indonesia (UI) pada 2003 lalu mengungkapkan bahwa jumlah monyet kekah masih mencapai puluhan ribu. Namun, kini, jumlahnya merosot drastis dan diperkirakan hanya tinggal 5 ribu sampai 7 ribuan spesies – sebagaimana diungkapkan Boy Wijanarko, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Natuna.

Surili

Monyet surili sempat menjadi maskot ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat pada 2016 lalu. Eksistensi satwa ini pun terancam punah, bahkan sejak 2004 lalu.

Demikianlah sekilas pembahasan mengenai sejarah Hari Monyet Sedunia dan sejumlah primata yang pernah menjadi ikon tertentu di Indonesia. Semoga bermanfaat!