Kenaikan Harga Beras

Harga Padi Terus Melejit, APPI Jatim: Petani Tetap Merugi

Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI) Jawa Timur, Jumantoro menyebut harga padi di tingkat petani terus meningkat sejak bulan Agustus hingga saat ini.

Warga Jenggawah Jember menjemur padi hasil panen. Foto: apahabar.com/M Ulil Albab

apahabar.com, JEMBER - Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI) Jawa Timur, Jumantoro menyebut harga padi di tingkat petani terus meningkat sejak bulan Agustus hingga saat ini.

Per hari Jumat 8 September 2023, harga padi kering panen di kawasan Kabupaten Jember mencapai Rp 6.800 hingga Rp 7.000 per kilogram.

"Ini paling tinggi selama saya jadi petani harga naik mulai dari akhir bulan Agustus kemarin, naik signifikan. Dari Rp5.500 hari ini maksimal Rp7.000," kata Jumantoro kepada apahabar.com, dikutip Sabtu (9/9).

Baca Juga: Harga Beras Naik, Pemkot Bekasi Dorong Bapanas Gelar Pasar Murah

Jumantoro menyebut, meski harga padi melambung tinggi, namun kondisi di lapangan petani masih rugi. Sebab, menghadapi cuaca panas saat ini, banyak petani yang mengalami penurunan produktivitas panen.

"Harga naik bukan petani untung, biaya tinggi, produktivitas turun. Karena suplai pupuk yang tidak mendukung kebutuhan petani," jelasnya.

Panen padi yang biasanya mencapai 6 sampai 7 ton per hektar, kini turun hanya 3-4 ton. Selain faktor cuaca panas, turunnya produksi panen juga disebabkan tingginya hama atau organisme pengganggu tanaman (OPT).

"Produksi per hektare 6-7 ton, dengan kondisi cuaca ekstrem dan pupuk sulit, akhirnya hanya dapat 3 ton 4 ton," katanya.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Modal Penjual Nasi Membengkak

Sementara itu, biaya produksi menanam padi juga semakin tinggi, terutama karena terbatasnya jumlah pupuk subsidi dari pemerintah. Tidak hanya padi, petani yang kini sudah mulai menanam jagung juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk subsidi.

Jumantoro khawatir, sulitnya petani mendapatkan pupuk di tengah kondisi cuaca panas, akan menyebabkan produktivitas panen jagung ke depan akan anjlok.

"Petani tanam jagung juga menghadapi masalah yang sama sekarang," ujarnya.

Baca Juga: Stabilkan Harga, Bulog Jabar Distribusikan Beras SPHP ke Sejumlah Pasar

Harga jagung sendiri saat ini juga melonjak naik. Jagung pipil per kilogram mencapai Rp 6.300, dengan harga umum sebelumnya Rp4.000.

Sementara jagung dalam kondisi gelondongan mencapai Rp3.000 hingga Rp3.200 per kilogram. Padahal, harga jagung gelondongan umumnya hanya Rp1.800 hingga Rp2.000

Sementara itu, tingginya harga padi di tingkat petani, dikhawatirkan pemerintah mengambil keputusan untuk impor beras melalui Bulog untuk menstabilkan harga. Akibatnya, harga padi dalam negeri kembali anjlok di tengah tingginya biaya produksi.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Pengusaha Warteg di Kota Tangerang Menjerit

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Komisi B DPRD Jember David Handoko Seto mengatakan, pihaknya akan segera memanggil dinas TPHP Jember untuk duduk bersama membahas potensi hasil panen padi di Jember.

Bila dinas TPHP sebelumnya menyebut, Jember selalu surplus hingga 350 ribu ton, maka potensi tersebut harus dikelola.

Caranya, Pemkab harus memiliki bidang usaha yang menyerap padi milik petani untuk dikelola untuk cadangan pangan di daerahnya sendiri.

"Yang namanya surplus, kewajiban Pemkab untuk menyerap padi milik petani untuk kebutuhan daerahnya sendiri, untuk cadangan hingga dijual ke luar," kata David kepada apahabar.com.

Baca Juga: Kemarau Panjang Harga Beras Naik di Cinere Depok

Lebih lanjut, David menyebut tingginya harga padi saat ini memang membuat petani senang. Namun di sisi lain, pengusaha penggilingan padi dipastikan juga akan keberatan menyerap padi milik petani, sebab serapan beras di pasaran semakin rendah.

"Kita akan membahas itu bersama TPHP agar Pemkab mau menyerap padi dari petani," katanya.

Per hari ini Jumat 8 September 2023, harga padi kering panen di kawasan Kabupaten Jember mencapai Rp6.800 hingga Rp7.000 per kilogram.