News

Harga Minyak Bervariasi di Tengah Ancaman Resesi AS

apahabar.com, JAKARTA – Harga minyak dunia bervariasi di tengah ancaman resesi global pada perdagangan Kamis (28/7)…

Oleh Syarif
Harga minyak mentah dunia bergerak bervariasi pada penutupan perdagangan Kamis (28/7), waktu Amerika Serikat (AS). Foto-iStock/bomboman

apahabar.com, JAKARTA – Harga minyak dunia bervariasi di tengah ancaman resesi global pada perdagangan Kamis (28/7) waktu Amerika Serikat atau Jumat (29/7) waktu Indonesia.

Mengutip Antara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 0,9 persen menjadi US$96,42 per barel.

Sementara harga minyak mentah Brent menguat 0,5 persen ke level US$104,15 per barel.

Pergerakan harga minyak tersebut terjadi ketika data produk domestik bruto (PDB) AS yang turun memicu kekhawatiran bahwa potensi resesi ekonomi akan membahayakan permintaan energi.

Harga minyak turun pada perdagangan pertengahan hari setelah Departemen Perdagangan AS melaporkan ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal kedua, memicu kekhawatiran tentang resesi yang dapat memukul permintaan energi.

Ekonomi AS menyusut 0,9 persen di kuartal II 2022 setelah kontraksi 1,6 persen pada kuartal sebelumnya. Angka tersebut lebih buruk dari ekspektasi pasar.

Sementara itu, investor terus mencerna data persediaan bahan bakar mingguan AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah negara itu turun 4,5 juta barel selama pekan yang berakhir 22 Juli. Sedangkan permintaan bensin rebound 8,5 persen minggu ke minggu.

“AS mengkonsolidasikan posisinya sebagai pengekspor minyak terbesar di dunia,” kata analis Citi dalam sebuah catatan karena gabungan ekspor bruto minyak mentah dan produk olahannya mencapai rekor 10,9 juta barel per hari, kutip CNNIndonesia.com.

“Jika Anda melihat jumlah permintaan dan pasokan untuk minyak, kami jauh di bawah rata-rata pada pasokan dan permintaan bertahan lebih baik dari yang diantisipasi,” kata Analis Price Futures Phil Flynn.

Di sisi lain, harga minyak menemukan dukungan lebih lanjut dari pertempuran pasokan energi antara Barat dan Rusia. Negara ekonomi terkaya Kelompok Tujuh (G7) bertujuan untuk memiliki mekanisme pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia pada 5 Desember.

Sementara itu, Rusia telah memotong pasokan gas melalui Nord Stream 1, penghubung gas utamanya ke Eropa, menjadi hanya 20 persen dari kapasitas. Para analis mengatakan itu dapat menyebabkan beralih ke minyak mentah dari gas dan menopang harga minyak dalam jangka pendek.