Kenaikan Harga Beras

Harga Beras Naik, AEPI: karena Musim Panen Raya sudah Lewat

Melonjaknya harga beras berimbas kepada masyarakat yang mayoritas mengkonsumsinya sebagai makanan utama sehari-hari.

Beras di salah satu pasar tradisional di Solo. Foto: apahabar.com/Fernando

apahabar.com, JAKARTA - Melonjaknya harga beras berimbas kepada masyarakat yang mayoritas mengkonsumsinya sebagai makanan utama sehari-hari. Kenaikan harga beras telah merata di daerah non produsen, terutama di Indonesia timur.

Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menjelaskan penyebab kenaikan harga beras sebagai akibat pasokan yang terbatas. Pasokan terbatas terjadi karena musim panen raya di bulan Februari sampai bulan Mei sudah lewat.

Sementara itu, musim tanam gadu adalah musim tanam yang tidak ada pengairannya dan mengandalkan air hujan atau tadah hujan ternyata produksinya lebih rendah ketimbang panen raya.

"Selain itu, produksi di musim gadu di bulan Juni sampai September lebih rendah dari musim panen raya," jelas Khudori kepada apahabar.com, Sabtu (9/9).

Baca Juga: Petani Barabai Kalsel Terancam Gagal Panen, Mana Tanggung Jawab Pemda?

Sementara itu, kebutuhan untuk konsumsi terus berjalan dengan volume yang relatif tetap. Terjadinya pasokan yang terbatas, kata Khudori, dapat dilihat dari indikator harga seperti harga gabah dan beras yang ternyata terus meningkat.

"Penggilingan dan pedagang beras terjepit dari dua sisi sekaligus. Harga bahan baku gabah yang tinggi dan harga jual beras yangg dipatok dengan HET," ujarnya.

Khudori mengungkapkan ketika harga gabah naik, margin keuntungan turun, bahkan bisa merugi. Bagaimana pun para petani berupaya mencari cara untuk tetap bertahan. Namun jika tidak ditolong, berhenti produksi menjadi sebuah keniscayaan.

Apalagi nanti di bulan Oktober memasuki musim paceklik yang cenderung produksi ikut mengkecil. Kendati begitu, produksi masih bisa bergantung pada cuaca, utamanya jika berlangsung normal hingga Januari 2024. Namun jika El Nino berkepanjangan, kenaikan harga akan berlangsung lama.

Baca Juga: Ratusan Hektare Sawah di HST Terancam Gagal Panen

"Artinya musim paceklik jadi lebih lama. Ini potensial terus mengerek harga gabah dan beras lebih tinggi. Seberapa tinggi? Tergantung sejauh mana intervensi pasar dilakukan pemerintah," terangnya.

Sebagai informasi, harga beras di sejumlah wilayah mulai merangkak naik. Di Bekasi misalnya, kenaikan sudah terjadi dalam beberapa minggu terakhir. 

Harga beras medium terpantau naik hingga Rp14 ribu per kilogramnya. Sementara harga per karung atau per 50 kilogram sebesar Rp600 ribu.

Adapun beras premium Rp700 ribu per karung. Sebelumnya, harga beras jenis ini hanya Rp630 ribu - Rp640 ribu per karungnya.

Baca Juga: Harga Beras Naik, Pemkot Bekasi Dorong Bapanas Gelar Pasar Murah

Sementara itu harga beras Bulog sebesar Rp11 ribu. Namun di pasaran, beras ini telah dijual pedagang hingga mencapai Rp14 ribu per kilonya.

Untuk mengatasi hal itu, Pemkot Bekasi mendorong Badan Pangan Nasional (Bapanas) menggelar pasar murah. Operasi pasar dibutuhkan untuk menormalisasi harga.

Sementara itu, para pedagang kompak menyebut kenaikan harga beras akibat efek dari kemarau panjang. Hal ini telah berdampak pada penurunan kualitas padi yang dihasilkan.

"Walaupun panen, hasilnya dikit. Padinya banyak yang kopong (kosong),” kata salah seorang pedagang, Loli (42), Jumat (8/9).