Hot Borneo

Harga Batu Bara Makin Mahal, US$457 per Ton

apahabar.com, JAKARTA – Per 5 September 2022 kemarin, harga komoditas batu bara berada di level US$457,8…

Pemerintah melarang ekspor batu bara dari 1 Januari 2022 sampai 31 Januari 2022. Foto-Istimewa

apahabar.com, JAKARTA – Per 5 September 2022 kemarin, harga komoditas batu bara berada di level US$457,8 per ton. Naik 5,24 persen dari harga sebelumnya.

Mengutip tradingeconomics.com, harga batu bara stabil berada di zona hijau sejak 8 Agustus 2022 lalu. Saat itu, harga batu bara merangkak ke level US$371 per ton setelah sebelumnya jeblok ke level US$361 per ton.

Kemudian, harga komoditas fosil itu semakin perkasa ke level US$401 per ton pada 11 Agustus 2022. Lalu, naik ke level US$422 per ton pada 29 Agustus 2022. Kemarin, harganya tembus US$435 per ton.

Lonjakan harga batu bara menjadi persoalan tersendiri bagi Indonesia. Pada awal Agustus 2022, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan PT PLN (Persero) dan industri dalam negeri lain terancam kekurangan pasokan emas hitam itu.

Menurut dia, perusahaan lebih banyak melakukan ekspor ketimbang memenuhi kewajiban pasokan batu bara untuk kepentingan di dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).

“Ini mengakibatkan potensi industri dalam negeri bisa mengalami kekurangan,” ujar Arifin dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, dilansir CNN Indonesia.

Kementerian ESDM mencatat harga batu bara internasional sudah menyentuh level di atas US$340 per ton pada awal bulan lalu. Tepatnya, harga batu bara ICE Newcastle berada di level US$349 per ton pada 8 Agustus 2022.

Sementara, harga DMO hanya US$70 per ton untuk sektor kelistrikan dan US$90 untuk industri non kelistrikan.

Arifin menilai pengusaha enggan memenuhi DMO karena sanksi berupa pembayaran denda kompensasi terbilang kecil. Di sisi lain, keuntungan dari ekspor lebih besar dibandingkan biaya sanksi.

“Untuk itu, ada kecenderungan untuk menghindari kontrak dengan industri dalam negeri,” jelas Arifin.

Berdasarkan data dari PLN, stok batu bara mereka memang meningkat di kisaran 5,1 juta hingga 5,7 juta metrik ton pada Februari hingga Juni 2022. Namun, trennya mulai menurun pada Juli hingga Agustus 2022.