Krisis Pangan

Hadapi Krisis Pangan, Bapanas: Penguatan Cadangan Bapok Strategis

Menghadapi ancaman krisis pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendorong penguatan cadangan pangan untuk komoditas pangan pokok strategis.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi saat mendampingi kunjungan kerja Komisi IV DPR RI di Komplek Pergudangan Banjarkemantren Perum Bulog Kantor Cabang Surabaya Utara, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Rabu (05/07/2023). Foto: Bapanas

apahabar.com, JAKARTA - Menghadapi ancaman krisis pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendorong penguatan cadangan pangan untuk komoditas pangan pokok strategis.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat mendampingi kunjungan kerja Komisi IV DPR RI di Komplek Pergudangan Banjarkemantren Perum Bulog Kantor Cabang Surabaya Utara, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Rabu (05/07).

Menurut Arief, saat ini pengelolaan cadangan pangan sudah memiliki landasan regulasi yang kuat melalui Peraturan Presiden Nomor 125 tahun 2022. "Dengan adanya Perpres tersebut, langkah strategis penguatan stok dan cadangan pangan kita bangun dengan menugaskan BUMN di bidang pangan, Perum Bulog dan ID FOOD untuk mengelola beberapa komoditas pangan pokok strategis yang ditangani pemerintah." terangnya.

Sementara itu, anggota Komisi IV DPR RI Djarot Syaiful Hidayat mengingatkan agar pemerintah mewaspadai ancaman El Nino yang berpotensi menurunkan produksi pangan. Juga harus dilakukan mitigasi risiko sehingga dampak kekeringan ekstrem tersebut dapat diminimalisir.

Baca Juga: Antisipasi El Nino, Bapanas Dorong BUMN Bidang Pangan Tambah Stok

"Juli sampai Desember diperkirakan kita akan menghadapi El Nino. Ini jelas akan berpengaruh pada stok Cadangan Beras Pemerintah, karena hasil panen otomatis akan terganggu." ujarnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Arief meminta Bulog menyiapkan sarana dan prasarana yang dimiliki untuk mengoptimalkan penyerapan produk petani pada saat panen terutama di wilayah sentra.

"Jadi Bulog dengan Modern Rice Miling Plant (MRMP)-nya yang ada di beberapa wilayah sentra produksi padi harus diisi dengan maksimal. Begitupula dengan Corn Dryer dan agar silo-silo tersebut mulai diisi, seperti di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang akan panen raya jagung itu menjadi momentum Bulog untuk mengoptimalkan penyerapan." jelas Arief.

Hal itu selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam arahannya di Istana Negara, Senin (3/7) yang meminta seluruh jajarannya untuk tetap waspada dalam menghadapi situasi global yang masih tidak menentu.

Baca Juga: Kebijakan Pangan, Bapanas Gandeng BRIN Perkuat Riset dan Inovasi

Adapun terkait dengan Cadangan Beras Pemerintah, Direktur Human Capital Perum Bulog Purnomo Sinar Hadi yang turut hadir menjelaskan, stok beras yang dikelola Bulog saat ini sebesar 605.924 ton dengan pengadaan dalam negeri mencapai 204.771 ton dan dari luar negeri mencapai 335.182 ton serta penyerapan komersil sebesar 65.970 ton.

Arief menegaskan meskipun serapan Bulog dalam negeri masih belum memenuhi target yang ditetapkan sebesar 2,4 juta ton, pihaknya meminta Bulog untuk terus menyerap beras dalam negeri. Adapun importasi yang dilakukan merupakan alternatif terakhir dan terpaksa dilakukan.

"Importasi merupakan pilihan terakhir dan opsi yang tersulit buat kita semua. Sehingga sampai semester 1 ini, kami sampaikan bahwa dari 2 juta ton target pengadaan dari luar negeri, hingga saat ini baru terealisasi hanya sekitar 500 ribu ton," terangnya.

Karena itu, kata Arief, akan dioptimalkan serapan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah. "Dan bahwa penyaluran bantuan pangan pemerintah berupa beras melalui penugasan Perum Bulog selama tiga bulan terakhir itu dipenuhi dari hasil penyerapan dalam negeri tersebut." ungkapnya.