Tak Berkategori

Habib Ibrahim Al Habsyi Nagara (1), Kejadian Ganjil yang Menyingkap ‘Keilmuan’ Sang Ulama

apahabar.com, BANJARMASIN – Habib Ibrahim bin Umar Al Habsyi adalah ulama dari Hadramaut, Yaman, yang berdakwah…

Masjid Jami Ibrahim tempo dulu. Foto-ichiey96.blogspot.com

apahabar.com, BANJARMASIN - Habib Ibrahim bin Umar Al Habsyi adalah ulama dari Hadramaut, Yaman, yang berdakwah di Nagara, Kalimantan Selatan. Keilmuan Sang Ulama terungkap dengan adanya peristiwa ganjil.

Peristiwa ganjil tersebut sebagaimana disebutkan "Datu-datu terkenal Kalimantan Selatan", adalah terbangnya puncak masjid yang berada di desa Tambak Bitin (Nagara) terbang diterjang angin ribut yang terjadi selama 3 hari 3 malam. Terbangnya puncak masjid tersebut sampai ke desa di seberang sungai, Sungai Mandala.

Warga yang mengira hal itu adalah kejadian biasa, kemudian mengembalikan ke masjid yang berada di desa Tambak Bitin. Namun setelah dikembalikan, peristiwa itu terulang kembali, hingga 3 kali.

Seolah memahami kejadian alam itu, Habib Ibrahim pun bersepakat dengan warga untuk memindahkan pembangunan masjid tersebut ke seberang, yakni ke Desa Mandala.

Untuk pembangunan masjid, diperlukan 4 kayu besar dan kuat untuk menjadi tiang (soko guru). Namun di Nagara, sulit mendapatkan kayu sebesar itu, karena wilayahnya berada di tanah rawa.

Baca Juga: Habib Ibrahim Al Habsyi Nagara (2), Tempuh Hadramaut-Kalimantan Hanya Karena Sebuah Pena

Hal itu pun kemudian dikeluhkan pada Habib Ibrahim, sebagai orang yang 'dituakan'. Habib kemudian menggelar shalat sunat, meminta petunjuk kepada Tuhan. Selesai shalat, beliau kemudian memberitahukan masyarakat, bahwa esok hari akan ada 4 kayu besar dan panjang mengapung di Sungai Mandala.

Apa yang dikatakan Habib Ibrahim benar adanya, 4 tiang yang dimaksudkan itu benar-benar nampak di sungai mandala tepat dengan waktu yang dikatakan Sang ulama.

Warga takjub dengan peristiwa itu. Belum habis ketakjuban mereka dengan pengetahuan Sang Ulama, mereka kembali dikejutkan dengan aksi beliau yang menaikkan 4 kayu besar itu dengan tangan sendiri.

Keganjilan tidak hanya sampai di situ. Habib Ibrahim meminta meminta warga untuk menyediakan kayu gaharu atau cendana untuk ditabur di perapian sebagai bagian ritual mendirikan kayu tersebut menjadi tiang masjid. Namun, tidak satu pun warga yang memiliki apa yang diminta beliau.

Baca Juga: Syekh Abdussamad Bakumpai (2), Jasanya Besar pada Suku Dayak

Akhirnya, Habib Ibrahim mengumpulkan serpihan-serpihan kayu yang ada di sekitar beliau, lantas menaburkannya di perapian. Ajaib, kayu biasa tersebut mengeluarkan wangi layaknya kayu gaharu.

Setelah perapian dinyalakan, Habib kemudian membetulkan sendiri letak tiang-tiang yang didirikan.

Proses pembangunan masjid memakan biaya yang tidak sedikit. Untuk memenuhi keperluan itu, Habib kemudian mengetuki rumah warga untuk mengumpulkan dana.

Saat Habib Ibrahim berkeliling, kembali terjadi peristiwa ganjil. Ketika beliau mengetuk pintu orang yang tak berpunya. Mereka mengatakan dengan malu-malu, tidak bisa ikut menyumbang karena ketiadaan biaya. Habib berkata ganjil. Beliau menunjukkan ada uang tersimpan di tempat di dalam rumah mereka.

Orang miskin itu terkejut. Seingat mereka, tak pernah ada menyimpan uang di tempat tersebut. Namun setelah diperiksa, uang benar-benar nampak di sana. Pemilik rumah pun kemudian mengambil uang itu dengan gembira, dan menyerahkan semuanya pada Habib Ibrahim untuk biaya pembangunan masjid.

Baca Juga: Syekh Abdusshamad Bakumpai (1), Jasadnya Menghilang Ketika Shalat

Editor: Muhammad Bulkini